Busuk di Batang Petani Merasa Merugi, Tetapi Mak-Mak di Desa Air Balui Merasa Senang
SIBUK, Mak-Mak Sibuk Preteli buah sawit yang gagal panen (Foto Reno).--
SANGA DESA, HARIANMUBA.BACAKORAN.CO – Para Mak-Mak di Desa Air Balui Kecamatan Sanga Desa tengah sibuk preteli buah sawit yang busuk, lalu dijual.
Adanya kondisi tersebut tentu saja membuat Mak-Mak merasa senang, karena bisa menjadi penghasilan tambahan, dalam sehari dapatkan uang sebesar Rp 100 Ribu.
Hal tersebut dilakukan, karena ini berdampak pada meruginya petani, sebab buah yang ada menjadi busuk di batang, akibat terlambat di panen.
Menyiasati hal ini para petani pun terpaksa memanen buah yang busuk tersebut untuk kemudian dipreteli satu per satu biji sawitnya atau lazim disebut oleh warga dengan ‘Merondol’.
BACA JUGA:Datangi Warga, Polsek Kayuagung Minta Warga Tetap Ciptakan Lingkungan Kondusif
BACA JUGA:Ini Kunci Kebangkitan Gregoria Mariska Tunjung di Malaysia Open 2024, Tenang dan Rileks
Buah brondolan ini ternyata memiliki harga yang tinggi dibanding jika di jual langsung per janjang, harga berondolan ini berkisar antara Rp 1550 sampai Rp 1700 per kilogramnya.
Kegiatan Merondol sawit dari tangkainya ini menjadi trend tersendiri bagi sebagian kalangan ibu-ibu di desa Air Balui dalam beberapa hari terakhir.
Dari aktivitas ini mereka bisa menambah penghasilan Rp 100ribu hingga Rp 150 ribu tiap harinya.
Ana (40) salah satu warga desa Air Balui mengatakan dari hasil Merondol buah Sawit dirinya bisa mendapatkan tambahan uang belanja Rp 100 ribu per hari.
BACA JUGA:Teken Perjanjian Kerjasama dengan Data Center BP Batam, Ternyata Ini Tujuanya
“Alhamdulillah bisa tambah-tambah uang sayur, kerjanya juga santai dibanding dengan nyadap karet. Kita hanya pakai gancu kecil saja, biasanya hasil dari jual brondolan ini akan dibagi dengan pemilik buah. Semakin banyak kita dapat, semakin besar pula penghasilan.” ungkapnya.
Rahman (46) salah seorang petani mengungkapkan bahwa kerugian yang mereka derita dapat ditekan dengan menjual berondolan kelapa sawit ini.
“Kalau kita jual langsung ke pabrik, buah yang telat panen dan sudah busuk tangkainya ini, akibat terendam air kemarin harganya akan jatuh sekali. Bahkan seringkali tidak diterima oleh pihak pabrik atau bahasanya itu di sortir. Itulah kenapa kami buat jadi berondolan ini, karena harga berondolan ini tidak jauh berbeda dengan harga normal.” terangnya.