
KORANHARIANMUBA.COM,- Dustin Poirier resmi mengakhiri kariernya di UFC. Meski tak pernah mengangkat sabuk juara kelas ringan utama, petarung berjuluk 'The Diamond' itu tetap dianggap sebagai sosok pemenang sejati yang mencuri hati banyak orang, baik di dalam maupun di luar arena pertarungan.
Pertarungan terakhir Poirier terjadi dalam ajang UFC 318 yang digelar di Smoothie King Center, Louisiana, Amerika Serikat, Minggu 20 Juli 2025 siang WIB. Ia menelan kekalahan angka mutlak dari Max Holloway dengan skor 47-48, 46-49, dan 46-49. Hasil ini menandai penutup dari perjalanan panjang Poirier di dunia mixed martial arts.
Sejak debut di UFC pada 2011, Poirier telah mencatatkan 22 kemenangan, sembilan kekalahan, dan satu no contest. Total karier profesionalnya di MMA ditutup dengan 30 kemenangan dan 10 kekalahan. Ia sempat menggenggam sabuk BMF serta sabuk interim kelas ringan UFC, namun gagal saat tiga kali menantang gelar juara utama di kelas ringan. Khabib Nurmagomedov, Charles Oliveira, dan Islam Makhachev menjadi tiga nama yang menghentikan langkahnya.
Meski gagal meraih gelar juara utama, Poirier dikenal sebagai petarung yang selalu menghadirkan pertarungan penuh determinasi. Ia dua kali mengalahkan Conor McGregor dan membuat Islam Makhachev merasakan luka robek di wajahnya. Tak hanya itu, Poirier juga tercatat sebagai salah satu petarung paling senior yang paling sering naik ke octagon UFC.
BACA JUGA:Angin Kencang Jadi Tantangan Serius Tim Indonesia di China Open 2025
BACA JUGA:Gagal ke Semifinal ASEAN U-23, Pemain Malaysia: Mungkin Bukan Rezeki Kami
Di luar arena, Poirier membuktikan diri sebagai 'juara sejati'. Ia mendirikan The Good Fight Foundation, sebuah yayasan yang aktif memberikan bantuan kepada masyarakat kurang mampu. Salah satu aksi terkenalnya adalah melelang kaus pertarungan melawan Khabib yang hasilnya, senilai 100 ribu dolar AS atau sekitar Rp1,6 miliar, disumbangkan ke Afrika. Ia juga menyumbangkan Rp326 juta untuk masyarakat Brasil lewat Charles Oliveira.
Kehidupan Poirier tak selalu mudah. Ia pernah putus sekolah, masuk penjara karena kasus narkoba, dan terjebak dalam kecanduan alkohol. Namun MMA menjadi titik balik yang membawanya keluar dari kegelapan. Debut di usia 20 tahun menjadi awal perjalanan panjang untuk memperbaiki hidup dan menebar kebaikan.
“Saya senang (tanpa gelar juara), karena saya mengejar mimpi untuk keluarga saya,” kata Poirier kepada ESPN. “Apakah lebih penting hasil akhirnya atau prosesnya? Saya bersyukur dengan semua yang saya jalani. Sabuk juara memang keren, tapi semua proses yang saya lalui jauh lebih bernilai,” ujarnya.
Dengan jejak karier yang panjang, warisan sosial yang kuat, dan semangat perjuangan yang tak pernah padam, Dustin Poirier menutup lembar kariernya sebagai seorang legenda. Bukan karena sabuk yang ia raih, tapi karena hati yang telah ia menangkan sepanjang jalan perjuangannya.