Cerita Jemaah Haji Asal Riau Ketika Naik ke Puncak Jabal Nur, “Bacalah” dan Cahaya Firman Berpendar Semesta

GUA HIRA, Jemaah Saat Berkunjung ke Gua Hira (Foto Ist),---


HARIANMUBA.BACAKORAN.CO - Ziarah Gua Hira membawa angan merenung pada perjuangan Rasulullah saat bermunajat hingga menerima wahyu dari Allah SWT melalui Malaikat Jibril.

 

Ziarah ini juga membawa angan pada perjuangan Sayyidah Khadijah yang dengan setia dan sabar mendukung perjuangan Nabi Muhammad SAW dengan menyiapkan bekal yang juga harus diantar dengan cara mendaki.

 

Dikutip dari laman Kemenag.RI, seorang Jemaah menuturkan Ketika menampak di puncak Jabal Nur, Rabu 12 Juni 2024, Azan Subuh berkumandang saat kami mencapai puncak Jabal Nur.

BACA JUGA:PPIH Terapkan Skema Murur untuk Jaga Keselamatan Jemaah Haji, Musdalifah Sangat Padat

 

Puncak gunung batu itu berada pada ketinggian 634 meter di atas permukaan air laut. Panasnya kota Makkah membuat kami memilih untuk mendaki Jabal Nur pada dini hari.

 

Butuh waktu 1 jam lebih dari pos 1 ke puncak gunung cahaya. Butuh fisik yang prima dan mental yang kuat untuk menaklukkan Jabal Nur.

 

Ada 1.420 anak tangga yang harus dinaiki. Memandang ke puncak Jabal Nur, hanya kerlip lampu senter yang terlihat.

 

Namun melihat beberapa pengunjung lansia tetap bersemangat naik, rasanya tidak ada alasan untuk tidak melanjutkan pendakian.

BACA JUGA:Yuk, Doakan Saudara Kita, Jemaah Haji Menuju ke Arafah, Kemenag Ingatkan Jangan Lupa Niat Haji

 

Dari puncak Jabal Nur, Gua Hira sudah terlihat. Harus turun dulu meniti tangga batu sekitar 20 meter. Dari puncak Jabal Nur itu terlihat orang-orang berebut untuk salat di dalam gua.

 

Kami salat Subuh berjamaah di puncak Jabal Nur; menghadap ke Kabah yang posisinya mudah diketahui karena ada Zam-Zam Tower yang berhias lampu indah.

 

Setelah menuruni anak tangga yang curam sekitar 15 meter, ada dua pilihan jalan menuju gua. Naik ke atas gua lebih dulu atau menyelip di antara celah batu yang hanya cukup untuk satu orang dewasa. Banyak yang memilih melewati celah batu karena lebih landai.

 

Di dalam celah batu itu ada dua cabang jalan lagi. Lewat celah yang lebih sempit atau naik ke atas batu setinggi 1 meter. Yang punya perut besar lebih memilih menaiki batu. Pintu besar ini lebih sering dilewati, terlihat dari permukaan batu yang licin dan mengilap.

 

Setelah berhasil melewati celah batu itu, sampailah kami di mulut gua. Ada ruang terbuka yang cukup untuk 15 orang.

 

Dari ruang terbuka ini kita bisa melihat menara Masjidilharam yang berjarak 4 kilometer. Juga bisa melihat jam Makkah.

 

Seluruh penjuru mata angin kota Makkah bisa kita lihat dari sini. Di utara ruang terbuka itu, terdapat ceruk sedalam sekitar 4 meter, lebar 1,5 meter. Ceruk itu menjadi semacam mihrab yang tepat menghadap ke Masjidilharam. Itulah gua Hira tempat Nabi Muhammad SAW menerima wahyu untuk pertama kalinya.

 

Di dalam ceruk kecil itu ada sajadah membentang, milik orang Pakistan. Ia meminjamkan sajadah untuk orang yang akan salat di dalam gua, sambil mengatur antrean. Tentu dengan harapan orang-orang yang memakai sajadah itu memberinya tips.

BACA JUGA:PPIH Terapkan Skema Murur untuk Jaga Keselamatan Jemaah Haji, Musdalifah Sangat Padat

 

Di samping sajadah itu ada batu rata yang bisa digunakan juga untuk salat sambil duduk.

 

"Cepat, cepat!" kata Abdurrahman, orang Pakistan itu sambil memukul-mukulkan botol plastik air kemasan ke batu.


Karena yang mengantre bukan hanya orang Indonesia saja, tentunya mereka tidak paham yang dikatakan Abdurrahman.

 

Usai salat di Gua Hira, jemaah menciumi batu hitam prismatik yang menjadi dinding ceruk. Batu hitam itu pun nampak mengkilat.

 

Batu-batu hitam berbilah ramping berbentuk berlian pada penampang melintang itu memang saksi bisu ketika Nabi SAW menerima wahyu. Kami lalu salat sunnah syuruq bergantian di Gua Hira.

BACA JUGA:Berbeda dari Biasanya, Jemaah Haji Indonesia Saat Tiba di Jeddah, Disambut Air Zam-zam Gratis

"Bacalah!" dan cahaya firman pun berpendar ke seluruh semesta. Hira berarti berlian. Dia bertengger di puncak Jabal Nur (Gunung Cahaya). "Permata yang memancarkan cahaya wahyu Al-Qur’an terhadap semesta alam sepanjang zaman," kata Aswadi Syuhada, guru besar Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya yang menjadi pembimbing ibadah jamaah haji Indonesia.

 

Turun dari Gua Hira terasa lebih cepat. Hanya perlu waktu 30-45 menit. Kalau dilihat dari smart watch, jarak dari pos 1 ke Gua Hira sekitar 2,5 km. Bukitnya yang berbentuk seperti punuk unta itu tingginya 200 meter.

 

Setelah mengunjungi Gua Hira, pengunjung bisa beristirahat di kafe-kafe yang ada di area Taman Gua Gira. Ada berbagai jenis makanan termasuk Bakso Onta yang cukup laris. Ada juga toko-toko souvenir di kompleks taman tersebut.

 

Bagi yang ingin ke Gua Hira, disarankan berangkat dini hari. Juga membawa bekal air minum yang cukup.

 

"Tidak terbayang perjuangan Nabi SAW ke Gua Hira. Saya sampai bersimbah peluh. Harus beristirahat beberapa kali," kata Heri, jamaah haji asal Riau. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan