ECOLITERACY GURU MUDA SEBAGAI AGENT OF CHANGE DALAM PENDIDIKAN ERA 4.0
Rika Dwi Putri. (Foto: Dok/koranharianmuba.com)--
Peranan pendidikan memiliki peran yang cukup penting dalam memajukan Indonesia.
Pada saat ini sistem pendidikan yang terdapat di Indonesia menggunakan kurikulum Merdeka Belajar. Sebagai seorang pendidik tentu harus memiliki semangat dalam memberikan edukasi terhadap peserta didik untuk semangat dalam belajar. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan ecoliteracy atau yang disebut dengan literasi lingkungan.
Menurut sumber literatur yang dilakukan memaparkan ecoliteracy adalah keterampilan pada diri individu dalam mengembangkan kesadaran terkait dengan pentingnya informasi yang memiliki keterkaitan dengan kelestarian lingkungan. Permasalahan dapat diketahui bahwa masyarakat Indonesia kurang peduli terkait dengan permasalahan sampah, dimana pada tahun 2015 terjadi peningkatan produksi sampah plastic yang memiliki nilai persentase 11%. Berdasarkan hal tersebut tentu harus diberikan edukasi sejak dini dalam menjaga keseimbangan lingkungan alam.
Perkembangan pendidikan para era 4.0 ini mengalami transformasi yang cukup signifikan. Hal tersebut ditandai dengan penggunaan inovasi serta teknologi yang digunakan dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Peran guru tidak hanya sebagai memberikan edukasi ataupun pengetahuan secara konstekstual terhadap peserta didik. Namun, peran guru muda sebagai agen perubahan sangat penting, terutama dalam meningkatkan kesadaran dan pemahaman ekologis (ecoliteracy) di kalangan peserta didik.
BACA JUGA:BPN OKI Mencatat Bulan September 2024, Inflasi Terjaga Pada Angka 1,72 Persen
BACA JUGA:Pulang dari Jualan Pedagang Cabai Dijambret Depan UIN Raden Fatah Palembang, Uang Rp 10 Juta Raib
Agent of change adalah seseorang atau sesuatu yang dapat memotivasi orang lain untuk mengubah tindakan atau pendapatnya. Dalam hal ini, peran guru muda sebagai agent of change melalui kreativitas dan keterlibatan, mereka dapat merancang proyek inovatif yang melibatkan siswa, seperti kampanye daur ulang dan aksi bersih-bersih di lingkungan sekitar. Selain itu, guru muda juga berkontribusi dalam pengembangan kurikulum dengan memasukkan isu-isu lingkungan, sehingga siswa dapat memahami pentingnya keberlanjutan dalam konteks kehidupan sehari-hari. Kolaborasi dengan organisasi lingkungan dan komunitas lokal juga menjadi kunci, di mana guru muda dapat mengajak ahli untuk memberikan ceramah atau bekerja sama dalam proyek konservasi.
Hal ini dirasakan oleh salah satu guru muda Sumsel, Messy Amalia sebagai agent of change di era 4.0. Menurut beliau beberapa tantangan yang signifikan dalam upaya mereka untuk meningkatkan ecoliteracy di kalangan siswa. Pertama, kesadaran yang minim di kalangan peserta didik menjadi hambatan utama, di mana banyak siswa yang belum memahami permasalahan dan isu-isu lingkungan yang ada. Hal ini membuat sulit bagi guru untuk mendorong perubahan yang berarti. Kedua, resistensi terhadap perubahan dari pihak-pihak di lingkungan sekolah juga merupakan tantangan besar. Beberapa pendidik dan staf sekolah mungkin sulit menerima pendekatan baru dalam pembelajaran, sehingga inovasi yang diusulkan oleh guru muda tidak selalu mendapatkan dukungan yang diperlukan. Selain itu, kurangnya sumber daya di beberapa sekolah di Indonesia menjadi kendala lain yang signifikan. Banyak sekolah tidak memiliki akses yang memadai terhadap materi dan fasilitas yang diperlukan untuk mengajarkan konsep ecoliteracy secara efektif. Semua tantangan ini memerlukan strategi yang kreatif dan kolaboratif agar guru muda dapat berhasil dalam peran mereka sebagai agent of change.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa guru muda memiliki peran penting sebagai agen perubahan dalam pendidikan di era 4.0, khususnya dalam meningkatkan ecoliteracy. Melalui peranan kepemimpinan, kolaborasi, serta inovasi dari guru muda akan mampu memberikan edukasi terkait dengan menciptakan peserta didik yang sadar akan lingkungan. Mendorong kesadaran ekologis di kalangan siswa tidak hanya bermanfaat bagi mereka, tetapi juga bagi bumi.
DAFTAR PUSTAKA
Jayanti, T. D. 2024. Ecoliteracy Guru Muda sebagai Agen Perubahan Inovasi Berbasis Pembelajaran yang Menyenangkan. GuruInovatif. Available at: https://guruinovatif.id/artikel/ecoliteracy-guru-muda-sebagai-agen-perubahan-inovasi-berbasis-pembelajaran-yang-menyenangkan
BIODATA
Nama : Rika Dwi Putri
Tempat Tanggal Lahir : Palembang, 20 Maret 2004