“Kelompok saya ada 47 anggota, dan semuanya masuk e-RDKK tani penerima pupuk subsidi. Makanya kami tak pernah khawatir kekurangan atau kehabisan stok. Kebutuhan pupuk kami selalu tercukupi sepanjang tahun,” tegasnya.
Tinggal pihaknya mengupayakan produksi padi meningkat menjadi 9 ton GKG per hektar, mulai dari perawatan lahan, penyiangan gulma, penyemprotan pestisida, penanggulangan hama, pemupukan berimbang sesuai rekomendasi produk dari Pusri.
“Selain mengenjot produktivitas, kami juga memperbanyak masa tanam untuk peningkatan pendapatan, taraf hidup, dan kesejahteraan petani,” tambahnya.
Robbani menyebut pertanian di Muara Telang merupakan sawah pasang surut (lahan rawa) yang berada di seputar muara atau pesisir Sungai Musi.
“Kalau air sungai tidak genangi sawah, kita gunakan pompa air mengairi padi. Pas kemarau panjang, sungai surut dan lahan kering, kita menanam jagung (IP 300) bulan Mei-Juni,” ceritanya.
Walau begitu, sistem pertaniannya sudah semi teknologi sejak 5-6 tahun terakhir. Tak lagi manual, misalnya saat tanam benih langsung (tabela).
“Dulu menanam bibit dengan tangan, sekarang pakai alat blower. Untuk mengolah sawah, kita gunakan TR 4 (tractor roda empat), dan ketika panen menggunakan mesin pemanen padi (Combine Harvester, red),” lanjutnya.
Petani pun pernah uji coba penaburan benih menggunakan drone, meski hasilnya belum maksimal.
Selain belajar otodidak, pengetahuan ini mereka dapatkan dari edukasi produk pupuk dan teknologi pertanian yang beberapa kali digelar Pusri ke kelompok tani.
“Lahan pertanian saya pernah jadi percontohan (demplot) komoditas jagung untuk pupuk Nitrea non subsidi saat peluncuran pertama kali. Waktu itu, tahun 2022 dapat bantuan 1 sak dari Pusri, diuji ke lahan setengah hektar. Ada peningkatan produksi jagung, dari semula 3,5 ton dengan Urea subsidi menjadi hampir 4 ton per setengah hektar dengan Nitrea,” ungkap Robbani.
Dengan naiknya produktivitas pertanian, penghasilan petani semakin bertambah. Walaupun harga komoditas tergantung musim per musim, misalnya harga musim terakhir padi (IP 200) Rp5.000 per kg padi kering sawah, tertinggi Rp7.300 per kg, sementara jagung terendah Rp3.000 per kg dan tertinggi Rp4.300 per kg kering sawah.
“Dengan harga gabah Rp5 ribu per kg saja, saya memperoleh pendapatan kotor Rp37,5 juta per hektar,” lanjutnya.
Karena sektor pertanian masih menjanjikan, ia menekankan generasi milenial mau terjun ke sawah.
“Kita upayakan ada regenerasi petani untuk keberlanjutan pertanian dan swasembada pangan Sumsel. Saya selalu mengajak anak-anak muda mau bertani meneruskan warisan orang tua,” ujarnya. Komitmen ini sebagaimana Program Makmur Pupuk Indonesia memberdayakan dan mendorong regenerasi petani, lewat pendampingan budidaya, digital farming, pinjaman modal, hingga penyediaan pupuk yang cukup.
Pemilik Kios Sumber Jaya, Romli mengaku ia mendistribusikan pupuk subsidi untuk 2 ribu petani Desa Telang Jaya dan Sumber Hidup. “Suplai dari Pusri tiga kali periode setahun atau per 4 bulan sesuai jumlah masa tanam (IP 300). Tapi biasanya saya melakukan penebusan setiap minggu 100 ton, melihat kondisi stok dan serapan petani,” ujarnya.
Dijelaskan, ia memperoleh suplai sesuai e-RDKK tani. Tahun lalu kios-nya menyalurkan pupuk Urea subsidi 1.237,55 ton dan NPK Phonska 1.181,15 ton. Petani yang mau membeli pupuk subsidi wajib terdaftar di e-RDKK, menunjukkan KTP, mengisi form penebusan, serta memiliki lahan 2 hektar per musim tanam. Setiap nama petani memiliki jatah masing-masing.