HARIANMUBA.COM, - Banyak pertanyaan yang timbul dimasyarakat yang sulit membedakan antara nyamuk Wolbachia dan keganasan nyamuk Dengue. Apakah kedua nyamuk ini memiliki hubungan baik dari segi penyebaran dan keganasanya.
Didasarkan dari laman, sumber kementrian kesehatan RI, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maxi Rein Rondonuwu menegaskan, tidak ada hubungan antara penyebaran nyamuk ber-wolbachia dengan tingkat keganasan nyamuk Aedes aegypti, penyebab demam berdarah.
Menurutnya, karakteristik nyamuk Aedes aegypti di daerah yang telah disebarkan maupun belum disebarkan nyamuk ber-wolbachia tetap sama.
Tanda dan gejala orang yang terkena gigitan nyamuk Aedes aegypti juga sama, seperti demam tinggi yang diikuti nyeri otot, mual, muntah, sakit kepala, mimisan, dan gusi berdarah.
BACA JUGA:Sah! Pemerintah Tetapkan 1 Syawal 1445 H pada Tanggal 10 April 2024
BACA JUGA:Notebook 9 Pro: Laptop Premium untuk Produktivitas dan Hiburan
“Secara keseluruhan karakteristik dan gejalanya sama. Bahkan, tidak ada perbedaan jumlah nyamuk Aedes aegypti sebelum dan setelah wolbachia dilepaskan,” kata Dirjen Maxi di Jakarta.
Hingga kini, penyebaran nyamuk ber-wolbachia telah dilaksanakan di 5 kota, yakni Semarang, Kupang, Bontang, Bandung, dan Jakarta Barat. Penetapan kelima wilayah tersebut mempertimbangkan kesiapan stakeholder dan masyarakat setempat.
Semarang menjadi lokasi pertama yang melaksanakan penyebaran nyamuk ber-wolbachia, diikutin Kota Bontang dan Kota Kupang. Sampai saat ini, pelaksanaan tersebut belum menyeluruh di semua wilayah. Di Kota Semarang, penyebaran nyamuk ber-wolbachia dilakukan di 4 kecamatan, Kota Bontang di 3 kecamatan dan Kota Kupang di 1 kecamatan.
Sementara itu, untuk wilayah Bandung, penyebaran nyamuk ber-wolbachia baru dilakukan di 1 kelurahan, yakni Pesanggrahan, Kecamatan Ujung Berung. Di Jakarta Barat, Dirjen Maxi menambahkan, penyebaran nyamuk ber-wolbachia hingga kini belum dilaksanakan.
BACA JUGA:Antisipasi Kunjungan Membludak, Lapas Narkotika Kelas IIA Muara Beliti Siapkan Layanan
BACA JUGA:Asyik, Bonus Atlet Sebesar Rp 1,17 Miliar Cair, Bisa Lebaran
Hal ini karena masih menunggu kesiapan masyarakat dan penandatangan Nota Kesepakatan antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) Daerah Khusus Jakarta dengan Kemenkes yang sempat tertunda karena terjadi pergantian pimpinan di DKI Jakarta.
Dirjen Maxi mengungkapkan, hasil monitoring bersama antara Kemenkes dan dinas kesehatan di 5 kota tersebut menunjukkan setelah pelepasan ember nyamuk ber-wolbachia, konsentrasi nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia yang ada di alam berada di kisaran 20 persen.
Angka tersebut, lanjut Dirjen Maxi, masih berada di bawah persentase nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia yang idealnya mencapai 60 persen di alam.