"Dulu akan dengan mudah di jumpai pepohonan seperti pohon pulih, pohon nipah, Nibung, Asem payo, padang ilalang, pohon senduduk, bunga kantung semar, rotan, akar pohon, pohon sari bunting dan pohon kayu lainnya yang sangat beragam di dalam hutan, rawa dan sungainya," jelasnya.
Sejarah Awal Datangnya Warga di Sungai Lilin
Sripajen menceritakan pada zaman dulu ada sekelompok penduduk dari bantaran Sungai Musi tepatnya Muara telang, Sungsang dan Cinta manis.
"Beliau-beliau ini masih satu kerabat yang beraktivitas dan berprofesi sebagai petani berpindah dan nelayan dari daerah asalnya," jelasnya.
Kelompok masyarakat ini berpindah dari satu tempat ketempat lain Dimana kala itu salah satu tetuanya sebagai orang yang memiliki Ilmu tinggi, mumpuni sangat di segani yaitu Yai Abdul Manab Bin Kliwon Mudin.
Sripajen mengungkapkan, Makam Yai Abdul Manab Bin Kliwon Mudin dapat ditemukan di daerah Pinang Banjar.
"Adapun riwayat serta asal muasal nenek moyang mereka adalah para Priyai, Jawara dari Demak dan Banten yang kesemuanya beragamakan Islam dan menganut paham Ahlussunnah wal jama'ah yang di bawa oleh para waliyullah yang pada saat ini mulai kami teliti kebenarannya mulai dari segi bahasa yang di pergunakan dan situs-situs peninggalan yg masih ada," paparnya.
Sri Pajen bin H Yusuf bin Abdul Manab bin Kliwon Mudin sebagai salah satu putra keturunannya mengajak semua komponen yang ada di Sungai lilin, yang berasal dari semua suku manapun kita datang.
"Mari membangun Sungai Lilin dan sekitarnya dengan kebersamaan dan tidak saling menyalahkan apalagi menyesatkan," tutupnya.(*)