Minim Bahan Baku, Pengrajin Anyaman Bambu Sulit Ditemui di Pasaran

Selasa 16 Apr 2024 - 21:39 WIB
Reporter : Reno
Editor : Imran

SANGA DESA, HARIANMUBA.BACAKORAN.CO - Penjual kerajinan anyaman kini sudah cukup sulit ditemukan. 

Selain karena tidak banyak lagi pengerajin anyaman yang masih bertahan, minimnya bahan baku membuat hasil kerjinan anyaman jarang ditemui di pasaran.

Meski tidak banyak, rupanya masih ada beberapa pengerajin yang masih bertahan dan menjajakan hasil anyamannya. Salahsatunya yakni Rudi (49) warga Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas. 

Ketika dibincangi wartawan koran ini Senin 15 April 2024 di Pasar Kalangan Kemang, ia menuturkan bahwa sepinya peminat perabotan seperti Tampah, Nyiru, dan Tikar dari anyaman dikarenakan saat ini produk hasil kerajinan tangan tersebut terpinggirkan oleh produk-produk yang berbahan karet atau plastik.

BACA JUGA:Bupati Ogan Ilir Cek Kesiapan Arus Balik Lebaran Idulfitri 1445 Hijriah

BACA JUGA:Indonesia Berpotensi Memiliki Trio Striker Kelas Eropa

"Karena saat ini banyak produk serupa yang berbahan plastik dan harganya cukup terjangkau. Sehingga banyak masyarakat yang memilih perabot berbahan plastik daripada yang terbuat dari anyaman. Padahal kalau ditinjau dari daya tahan serta tingkat ramah lingkungannya, hasil anyaman jauh lebih baik," ungkapnya.

Lebih lanjut dirinya mengatakan bahwa saat ini memang cukup sulit untuk mendapatkan bahan baku untuk membuat kerajinan anyaman.

"Bahan baku seperti Bambu dan Rumput Purun atau Rumput Badau sekarang sulit untuk didapat. Harus pesan dulu kepada masyarakat yang sering mencari ke hutan," katanya.

Saat ditanya mengenai omset penjualan hasil anyamannya, ia mengatakan bahwa dalam sekali berjualan bisa mendapatkan omset hingga Rp 300 ribu.

BACA JUGA:DPC PDIP Muba Buka Pendaftaran Bakal Calon Bupati-Wakil Bupati, Yakup Suprianto : Buka Peluang Masyarakat Umum

BACA JUGA:Tak Terima Dituding Membongkar Aib Mantan Kekasihnya, Ini yang Dilakukan Nikita Mizarni

"Kalau penghasilan itu tergantung rejeki, sekali berjualan itu bisa dapat sekitar Rp 150 ribu - Rp 300 ribu. Untuk harga hasil anyaman ini cukup murah mulai dari Rp 25 ribu - Rp Rp 50 ribu per buah," jelasnya.

Sementara itu Ita (38) warga Kelurahan Ngulak 1 mengaku lebih tertarik membeli perabot dari anyaman daripada perabot dari palstik.

"Menurut saya anyaman bambu lebih tahan lama dibanding plastik. Misalnya saja Tampah, kalau dari plastik dua bulan saja dipakai untuk menjemur itu bahannya sudah rapuh, beda dengan anyaman yang bisa bertahan 1 - 2 tahun," tukasnya. (*) 

Kategori :