SANGA DESA, HARIANMUBA.BACAKORAN.CO – Cuaca buruk mengakibatkan akses jalan ke kebun sawit milik warga menjadi rusak, sehingga proses pengangkutan buah jadi terhambat.
Hal ini berdampak pada meruginya petani karena buah yang ada menjadi busuk di batang, akibat terlambat di panen.
Menyiasati hal ini para petani pun terpaksa memanen buah yang busuk tersebut untuk kemudian dipreteli satu per satu biji sawitnya atau lazim disebut oleh warga dengan ‘Merondol’.
Buah brondolan ini ternyata memiliki harga yang tinggi dibanding jika di jual langsung per janjang, harga berondolan ini berkisar antara Rp 1550 sampai Rp 1900 per kilogramnya.
BACA JUGA:Lapas Narkotika Kelas IIA Muara Beliti Hadiri Rapat Monev
BACA JUGA:Adegan ke 14, Kepala Korban Dipukul Menggunakan Kunci Pas
Kegiatan Merondol sawit dari tangkainya ini menjadi trend tersendiri bagi sebagian kalangan ibu-ibu di desa Air Balui dalam beberapa hari terakhir. Dari aktivitas ini mereka bisa menambah penghasilan Rp 100ribu hingga Rp 150 ribu tiap harinya.
Ana (40) salah satu warga desa Air Balui mengatakan dari hasil Merondol buah Sawit dirinya bisa mendapatkan tambahan uang belanja Rp 100 ribu per hari.
“Alhamdulillah bisa tambah-tambah uang sayur, kerjanya juga santai dibanding dengan nyadap karet. Kita hanya pakai gancu kecil saja, biasanya hasil dari jual brondolan ini akan dibagi dengan pemilik buah. Semakin banyak kita dapat, semakin besar pula penghasilan,” ungkapnya.
Rahman (46) salah seorang petani mengungkapkan bahwa kerugian yang mereka derita dapat ditekan dengan menjual berondolan kelapa sawit ini.
BACA JUGA:Warga Binaan Lansia Lapas Sekayu Lakukan Budidaya Tanaman Hidroponik
“Kalau kita jual langsung ke pabrik, buah yang telat panen dan sudah busuk tangkainya ini, akibat terendam air kemarin harganya akan jatuh sekali,” jelasnya
Bahkan seringkali tidak diterima oleh pihak pabrik atau bahasanya itu di sortir.
“Itulah kenapa kami buat jadi berondolan ini, karena harga berondolan ini tidak jauh berbeda dengan harga normal,” terangnya