PALEMBANG, HARIANMUBA.BACAKORAN.CO - Jembatan Ogan yang membentang membelah sungai Musi di wilayah kertapati Palembang, bakal dilakukan renovasi dan ditutup sementara selama hampir satu bulan kedepan.
Sebenarnya, jembatan dengan struktur bertulang beton dan memiliki panjang lebih kurang 202 meter dan lebar 6 meter ini bukan kali pertama dilakukan renovasi.
Dari beberapa catatan yang dihimpun berbagai sumber, Kamis 18 Juli 2024 Jembatan Ogan yang menghubungkan Kelurahan Seberang Ulu-Kertapati ini ternyata memiliki historis yang bisa dinilai bersejarah.
Menurut sejarahnya, Jembatan Ogan dibangun pada tahun 1939 mulanya diberi nama Jembatan Wilhelmina, karena merupakan hadiah dari Ratu Belanda Wilhelmina saat itu.
BACA JUGA:Sambut HUT RI Ke-79, Lapas Sekayu Bentuk Panitia HUT RI dan Hari Pengayoman ke-79
BACA JUGA:Selalu Utamakan Kebersihan dan Cita Rasa, Roti Bakar Milik Supri Laris Manis
Jembatan ini, dibangun sebagai sarana untuk menghubungkan daerah Indralaya dan Kertapati agar mempercepat perjalanan penjajah Belanda untuk mengawasi daerah Palembang.
Struktur Jembatan Ogan ini sendiri dahulunya diarsiteki oleh seorang ahli konstruksi dari Belanda bernama Berken Bosch.
Menurut sejarahwan Palembang Kemas AR Panji dikutip dari berbagai sumber, sebelum mengenal adanya Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat) di tahun 1960-an.
Satu-satunya jembatan yang menghubungkan wilayah Palembang ke daerah Uluan (khususnya daerah Indralaya dan Prabumulih, Kayu Agung, Muara Enim, dll) Dusun-dusun adalah Jembatan Ogan tersebut.
BACA JUGA:Diduga Korsleting Litsrik, Dua Bedeng dan Rumah Hangus Terbakar
Dikatakannya, orang Belanda pada masa penjajahan di Palembang menyebut jembatan itu dengan sebutan Ogan Brug atau Jembatan Ogan karena lokasi pembuatan Jembatan ini melintas di atas Sungai Ogan.
Kemudian penyebutan nama Jembatan Ogan ini berubah menjadi Wihelmina Brug atau Jembatan Wihelmina merujuk nama Ratu Belanda saat itu yang lagi berkuasa di negeri Belanda.
“Artinya Jembatan ini menjadi salah satu ikon kota Palembang di bidang Infrasturktur “Jalan dan Jembatan” sebelum jembatan Ampera ada dan punya sejarah panjang dan merupakan saksi bisu perjuangan rakyat melawan Belanda di Palembang pada masa itu yang harus kita rawat dan jaga bersama,” kata Kemas A.R Panji.