Gelombang Protes Tarif Air Perumda Tirta Raja Berlanjut, DPRD OKU Belum Berikan Kepastian

Aksi Tuntut penyesuaian tarif (Foto Ist)--

KORANHARIANMUBA.COM,- Aksi demonstrasi terkait kenaikan tarif air bersih Perumda Tirta Raja Baturaja kembali terjadi. Sejumlah pelanggan dan aktivis Baturaja mendatangi gedung DPRD OKU pada Kamis (17/4/2025), menyusul dua aksi serupa sebelumnya yang belum membuahkan hasil. Mereka mendesak para wakil rakyat untuk memperjuangkan penurunan tarif air yang dinilai memberatkan.

Amrul Alamsyah, salah seorang peserta aksi, menegaskan bahwa demonstrasi ketiga ini kembali menyuarakan keberatan atas penetapan tarif yang baru. Ia menilai bahwa seharusnya penetapan tarif melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembahasannya.

Senada dengan itu, aktivis Elvis menyampaikan harapannya agar DPRD OKU dapat menjalin komunikasi yang efektif untuk menekan kembali harga atau tarif air bersih. "Kami mempertanyakan mengapa anggota DPRD OKU terkesan diam terhadap keluhan masyarakat yang jelas-jelas kesulitan dengan tarif yang membebani ini," ujarnya dengan nada bertanya.

BACA JUGA:Ogan Ilir Genjot Cetak Sawah Rakyat, Bupati Dukung Penuh Swasembada Pangan Nasional

BACA JUGA:Kapolres Muba Bahas Kesehatan Mental, Gen Z, dan Tantangan Zaman dalam Podcast Inspiratif Hallo Muba

Damhir, seorang pelanggan air bersih yang tinggal di Perumahan Kelurahan Batu Kuning, mengungkapkan ironi situasi yang dialaminya. "Banyak tetangga di sekitar rumah saya tidak mendapatkan air, justru hanya angin yang keluar dari keran. Kalaupun ada kenaikan tarif, seharusnya lebih rasional dan sebanding dengan pelayanan yang kami terima," tukasnya dengan nada kecewa.

Keluhan serupa juga dilontarkan oleh Emi Kamila, warga Dusun Baturaja, yang mempertanyakan lonjakan tarif yang signifikan. "Kenapa tarif PDAM mahal sekali? Bulan Februari saya membayar Rp223.000, dan bulan Maret ini tagihan saya melonjak menjadi Rp264.000," keluhnya.

Pelanggan lain menyoroti ketidakseimbangan antara mahalnya tarif dengan kualitas layanan yang diterima. "Saya harus membayar Rp400.000, padahal air baru hidup tengah malam dan itu pun tidak setiap hari. Kami ini rumah tangga biasa, bukan pedagang besar. Tagihan tercatat 53 kubik. Bulan lalu saya bahkan berhutang, dan bulan ini belum terbayar. Kalau tidak bayar, pasti akan diputus," ujarnya dengan nada khawatir.

Kekecewaan juga datang dari pelanggan di Desa Laya, di mana tagihan bulan Februari mencapai Rp1,6 juta. Seorang warga lainnya di desa yang sama mengalami lonjakan tagihan dari Rp230.000 di bulan Maret menjadi lebih dari Rp700.000. "Kami berharap dewan dapat meninjau kembali kenaikan tarif ini. Alasan kenaikan adalah untuk meningkatkan layanan PDAM, namun kenyataannya di Desa Laya, air sering tidak mengalir pada siang hari," ungkapnya dengan nada geram.

BACA JUGA:Mengenal Kayu Gaharu, 'Emas Hitam' Beraroma Surgawi dari Hutan Tropis

BACA JUGA:Lapas Narkotika Muara Beliti Gelar Razia Rutin, Amankan Sejumlah Barang Terlarang

Para peserta aksi akhirnya diterima oleh sejumlah anggota DPRD OKU, di antaranya Naproni, Awal Fajri, Martin Arikardi, dan Safrianto. Namun, tuntutan utama para demonstran terkait penurunan tarif air belum dapat diputuskan pada pertemuan tersebut.

Ketidakmampuan DPRD dalam mengambil keputusan disebabkan oleh ketidakhadiran Direktur Perumda Tirta Raja Baturaja, Drs. Bertho Darmo Poedjo Asmanto, yang sedang mengikuti manasik haji.

"Kami harapkan masyarakat tetap bersabar, aspirasi ini sudah kami terima dan akan kami sampaikan. Namun, pihak yang berwenang mengambil keputusan saat ini berhalangan hadir," jelas Safrianto kepada para pengunjuk rasa.

Perwakilan manajemen Perumda yang hadir dalam pertemuan tersebut menyampaikan bahwa aspirasi yang disampaikan oleh para pelanggan akan diteruskan dalam rapat internal dengan pimpinan. "Namun, keputusan akhir terkait tarif berada di tangan Bupati OKU," ujar perwakilan Perumda Tirta Raja. (*) 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan