Mengenal Huruf Braille dan Tokoh Hebat di Balik Penemuannya

--
KORANHARIANMUBA.COM- Dalam dunia yang didominasi oleh penglihatan, terdapat sebuah sistem revolusioner yang membuka jendela literasi bagi jutaan tunanetra dan individu dengan gangguan penglihatan di seluruh dunia: Huruf Braille.
Lebih dari sekadar serangkaian titik timbul, Braille adalah kunci kemandirian, pendidikan, dan akses terhadap informasi. Artikel ini akan mengupas tuntas tentang Huruf Braille, mulai dari definisinya, prinsip kerjanya, hingga sejarah penemuan yang penuh perjuangan dan dedikasi.
Huruf Braille adalah sistem penulisan taktil yang digunakan oleh tunanetra dan individu dengan gangguan penglihatan. Sistem ini menggunakan kombinasi enam titik timbul yang tersusun dalam sebuah sel Braille berukuran kecil.
--
Setiap huruf alfabet, angka, tanda baca, dan bahkan simbol musik serta matematika direpresentasikan oleh pola titik yang unik. Pembacaan Braille dilakukan dengan meraba titik-titik tersebut menggunakan ujung jari, memungkinkan mereka untuk "melihat" melalui sentuhan.
Sel dasar Braille terdiri dari enam titik yang tersusun dalam dua kolom vertikal, masing-masing berisi tiga titik. Setiap titik diberi nomor dari 1 hingga 6. Kombinasi titik yang timbul mewakili karakter yang berbeda.
Misalnya, huruf "a" direpresentasikan oleh titik 1, sedangkan huruf "b" direpresentasikan oleh titik 1 dan 2. Dengan 64 kombinasi titik yang mungkin, sistem Braille mampu mencakup alfabet, angka, tanda baca, dan berbagai simbol lainnya.
Selain Braille dasar enam titik, terdapat pula Braille delapan titik yang memungkinkan representasi karakter yang lebih kompleks, sering digunakan dalam konteks komputasi dan beberapa bahasa tertentu.
--
Kisah di balik penemuan Huruf Braille adalah kisah tentang ketekunan, inovasi, dan semangat untuk mengatasi keterbatasan. Tokoh sentral dalam sejarah ini adalah Louis Braille, seorang pria berkebangsaan Prancis yang kehilangan penglihatannya akibat kecelakaan pada usia tiga tahun.
Lahir pada tahun 1809 di Coupvray, Prancis, Louis muda menunjukkan kecerdasan dan keinginan yang kuat untuk belajar. Namun, pada masa itu, pendidikan bagi tunanetra sangat terbatas.
Ia kemudian bersekolah di Royal Institution for Blind Youth di Paris, sebuah sekolah yang menerapkan sistem penulisan taktil yang rumit dan sulit dipelajari yang dikenal sebagai "tulisan malam" (night writing) yang dikembangkan oleh seorang perwira militer bernama Charles Barbier.
Sistem ini menggunakan 12 titik timbul yang merepresentasikan bunyi, bukan huruf, dan memiliki banyak kekurangan.
Terinspirasi oleh "tulisan malam" namun menyadari keterbatasannya, Louis Braille mulai mengembangkan sistemnya sendiri. Di usia 15 tahun, pada tahun 1824, ia berhasil menciptakan sistem Braille enam titik yang revolusioner.