Agus Mulyono, Relawan Kemanusiaan yang Dedikasikan Hidup untuk Merawat ODGJ dan Orang Terlantar di Palembang

ODGJ di Yayasan Bagus Mandiri--

KORANHARIANMUBA.COM- Berbuat baik tak setengah-setengah menjadi prinsip hidup Agus Mulyono, pria asal Palembang yang telah sembilan tahun mengabdikan diri merawat Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dan orang terlantar melalui Yayasan Bagus Mandiri Insani (BMI).

Didirikan sejak 2016, yayasan yang berlokasi di Jalan Talang Betutu, Kecamatan Alang-alang Lebar, kini menampung lebih dari 300 penghuni dari berbagai latar belakang—ODGJ, gelandangan, jompo, hingga anak-anak tanpa keluarga. Semuanya dirawat secara sukarela dengan sumber daya terbatas.

"Awalnya saya hanya berbagi nasi bungkus di Jumat Berkah. Tapi saya sadar, bantuan sesaat tak menjamin kehidupan mereka di hari-hari berikutnya. Maka saya pikir, berbuat baik itu jangan tanggung," ujar Agus.

BACA JUGA:Destinasi Pantai Populer di Indonesia yang Selalu Ramai Dikunjungi Wisatawan

BACA JUGA:Kunyit: Bukan Hanya Bumbu Dapur, Tapi Juga Sumber Kesehatan Alami yang Kaya Manfaat

Perjalanan yayasan ini dimulai dengan menyewa rumah kontrakan dan menyelamatkan perempuan ODGJ dan anaknya dari jalanan. Kini, BMI telah memiliki empat rumah berkat bantuan pribadi dan hibah dari Agus sendiri. Bahkan, 41 penghuni telah meninggal dunia dan dimakamkan dengan layak oleh yayasan.

Namun, tantangan tak kecil. Minim dukungan pemerintah dan berkurangnya donatur saat pandemi membuat operasional yayasan kerap terhenti. "Saya sampai jual kendaraan pribadi untuk kebutuhan dapur. Kebutuhan beras saja bisa 100 kilogram per hari," ucapnya.

Untuk menutupi biaya, BMI menjual air minum keliling menggunakan mobil pickup. Selain itu, Agus juga membuka peluang bagi relawan yang ingin membekali para penghuni dengan keterampilan seperti membuat suvenir atau cukur rambut.

Aktivitas penghuni dimulai sejak subuh dengan salat berjamaah, memasak, bersih-bersih, senam, hingga pengajian malam hari. Semua dilakukan bersama, memperkuat kebersamaan dan rasa tanggung jawab.

Yenny Wahid, Ketua Umum PP FPTI yang juga mengetahui kiprah BMI, menyebut langkah Agus sebagai bentuk nyata keberpihakan terhadap sesama.

Agus berharap ke depannya ada lahan yang bisa dikembangkan sebagai tempat pelatihan kerja atau produksi, seperti pabrik kerupuk. "Kami ingin penghuni bisa produktif dan menghasilkan. Tapi untuk itu, kami butuh dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah."

Ia juga mengkritisi maraknya konten kreator yang mengeksploitasi orang miskin demi keuntungan pribadi. "Berbuat baik seharusnya untuk menuntaskan masalah, bukan sekadar konten," tegasnya.

Agus menutup dengan harapan: "Fakir miskin dan orang terlantar adalah tanggung jawab negara. Tapi selama belum ada tindakan nyata, kami akan terus berjuang dengan cara kami sendiri."

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan