Mengenal Platipus, Mamalia Berparuh Bebek yang Unik dan Penuh Misteri

--
KORANHARIANMUBA.COM- Di antara beragamnya fauna yang menghuni planet kita, beberapa spesies menonjol karena keunikan dan keanehan evolusioner mereka.
Salah satunya adalah platipus ( Ornithorhynchus anatinus ), mamalia semi-akuatik endemik Australia yang penampilannya begitu ganjil sehingga saat spesimen pertamanya dikirim ke Eropa pada akhir abad ke-18, para ilmuwan mengira itu adalah tipuan.
Dengan paruh seperti bebek, ekor seperti berang-berang, cakar seperti berang-berang, dan kemampuan bertelur, platipus adalah perpaduan sifat-sifat yang membingungkan, menjadikannya salah satu makhluk paling menarik dan menantang untuk diklasifikasikan di dunia hewan.
--
Platipus termasuk dalam ordo Monotremata, satu-satunya ordo mamalia yang bertelur daripada melahirkan anak hidup. Bersama dengan empat spesies echidna (trenggiling berduri), platipus adalah anggota terakhir dari garis keturunan mamalia purba ini.
Studi genetik menunjukkan bahwa monotremata menyimpang dari mamalia berplasenta (termasuk manusia) dan mamalia berkantung (seperti kanguru) sekitar 166 juta tahun yang lalu.
Keberadaan mereka saat ini memberikan jendela yang berharga ke dalam evolusi mamalia, menunjukkan tahapan transisi di mana ciri-ciri reptil dan mamalia saling tumpang tindih.
Penampilan platipus adalah kombinasi fitur yang tidak biasa:
Paruh Bebek: Ciri paling ikonik adalah paruh lebar dan pipih yang menyerupai paruh bebek. Namun, tidak seperti paruh burung yang keras, paruh platipus adalah struktur lunak dan kenyal yang ditutupi kulit. Paruh ini bukan untuk bernapas, melainkan organ sensorik yang sangat sensitif, dilengkapi dengan ribuan reseptor elektro-mekanik yang memungkinkan platipus mendeteksi medan listrik lemah yang dihasilkan oleh kontraksi otot mangsa di dasar sungai.
Tubuh Aerodinamis: Tubuhnya ramping dan aerodinamis, panjangnya berkisar antara 30 hingga 45 cm, dengan ekor pipih sepanjang 10-15 cm yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan lemak dan kemudi saat berenang. Beratnya bervariasi antara 0,7 hingga 2,4 kg.
--
Bulu Tebal dan Tahan Air: Bulunya sangat lebat dan padat, berwarna cokelat gelap di punggung dan keperakan di bagian bawah. Bulu ini berfungsi sebagai insulasi termal yang sangat baik, menjaga platipus tetap hangat di air dingin.
Kaki Berselaput dan Cakar Tajam: Keempat kakinya berselaput untuk efisiensi berenang. Selaput pada kaki depan dapat dilipat ke belakang saat platipus berjalan di darat, memperlihatkan cakar yang kuat dan tajam, ideal untuk menggali liang.
Taji Beracun (Jantan): Salah satu fitur paling menarik dan berbahaya adalah taji beracun yang terdapat di pergelangan kaki belakang jantan. Taji ini terhubung ke kelenjar racun yang menghasilkan racun kuat, terutama digunakan selama musim kawin untuk mempertahankan wilayah atau bersaing dengan jantan lain. Meskipun tidak mematikan bagi manusia, racun ini dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat dan berkepanjangan.
Platipus adalah hewan semi-akuatik yang menghuni sungai-sungai tawar dan aliran air di wilayah timur Australia dan Tasmania. Mereka adalah makhluk nokturnal dan krepuskular, paling aktif saat fajar dan senja.
Sebagian besar waktunya dihabisi di dalam air untuk mencari makan, dan sisanya di liang-liang yang mereka gali di tepian sungai.
Pemakan Karnivora: Diet platipus sebagian besar terdiri dari invertebrata air seperti cacing, larva serangga, udang air tawar, dan krustasea kecil. Mereka mencari makan dengan "mengorek" dasar sungai menggunakan paruh sensitif mereka, menggali mangsa yang bersembunyi di lumpur dan bebatuan.
Indera Elektrolokasi: Penggunaan elektrolokasi adalah salah satu adaptasi paling luar biasa dari platipus. Saat menyelam, mata, telinga, dan lubang hidung mereka tertutup, dan mereka sepenuhnya bergantung pada paruh mereka untuk mendeteksi mangsa. Ini memungkinkan mereka berburu secara efektif bahkan di air yang keruh.
--
Gaya Hidup Soliter: Platipus umumnya adalah hewan soliter, meskipun wilayah jelajah individu dapat tumpang tindih. Mereka adalah perenang yang sangat terampil, menggunakan kaki depan berselaput mereka untuk mendorong diri dan kaki belakang serta ekor sebagai kemudi.
Aspek reproduksi platipus adalah yang paling membedakannya dari mamalia lain:
Bertelur: Setelah kawin, betina akan membangun liang bersarang yang lebih rumit, seringkali dengan beberapa ruang dan pintu masuk. Dia biasanya bertelur 1 hingga 3 telur kecil, lunak, dan seperti kulit, menyerupai telur reptil.
Pengeraman: Betina akan mengerami telur-telur ini dengan melingkarkan tubuhnya di sekitarnya. Masa inkubasi relatif singkat, sekitar 10 hari.
Menyusui Susu: Setelah menetas, bayi platipus yang disebut "puggle" sangat kecil dan tidak berdaya. Tidak seperti mamalia lain, platipus tidak memiliki puting susu. Sebagai gantinya, susu disekresikan dari kelenjar susu yang terletak di kulit perut betina dan dijilat oleh puggle dari alur khusus.
Perkembangan Puggle: Puggle akan tinggal di liang selama beberapa bulan, menyusu dan tumbuh dengan cepat. Mereka muncul dari liang ketika sudah cukup besar dan mandiri untuk mencari makan sendiri.
Saat ini, status konservasi platipus dikategorikan sebagai "Hampir Terancam" (Near Threatened) oleh IUCN. Meskipun populasinya relatif stabil di beberapa daerah, mereka menghadapi sejumlah ancaman:
Hilangnya Habitat: Degradasi dan fragmentasi habitat akibat pembangunan, pertanian, dan deforestasi mengurangi ketersediaan sungai dan aliran air yang sesuai.
Perubahan Iklim: Perubahan pola curah hujan dan kekeringan yang lebih sering dapat mengurangi aliran air dan ketersediaan makanan.
Polusi Air: Pestisida, bahan kimia industri, dan limbah lainnya dapat mencemari habitat air mereka dan memengaruhi kesehatan platipus serta mangsanya.
Jaring Ikan dan Perangkap: Platipus sering terjerat dan tenggelam dalam jaring ikan yang ditinggalkan atau perangkap udang yang tidak selektif.
Upaya konservasi meliputi perlindungan habitat, pengelolaan kualitas air, dan penelitian untuk memahami lebih baik ekologi dan kebutuhan platipus.
Platipus adalah bukti nyata keajaiban evolusi, perpaduan unik dari sifat-sifat yang telah memungkinkan mereka bertahan hidup selama jutaan tahun. Sebagai salah satu mamalia paling primitif namun sangat terspesialisasi, mereka terus memukau para ilmuwan dan publik.
Melestarikan platipus bukan hanya tentang melindungi satu spesies; ini tentang menjaga sepotong sejarah evolusi yang hidup, mengingatkan kita akan keragaman dan adaptasi luar biasa yang ada di dunia alami.
Keberadaan platipus adalah pengingat bahwa alam masih menyimpan banyak misteri dan keunikan yang patut untuk dihargai dan dilindungi.(*)