Kue Putu Masih Jadi Primadona, Pedagang Raup Ratusan Ribu Setiap Malam

Penjual Kue Putu-foto Reno -

KORANHARIANMUBA.COM– Di tengah gempuran jajanan modern, suara khas siulan dari alat masak tradisional kembali terdengar nyaring di kawasan Simpang 4 Puskesmas Ngulak, Sabtu Malam 28 Juni 2025.

Asap mengepul dari gerobak kecil yang ditarik sepeda motor, menandai kehadiran penjual kue putu keliling. Di sisi gerobak, tulisan "Kuwe Putu" dengan cat kuning terlihat mencolok, seolah mengundang siapa saja untuk bernostalgia dengan jajanan klasik tersebut.

Kue putu—jajanan tradisional yang terbuat dari tepung beras, sari pandan, dan isian gula merah, lalu dikukus dalam cetakan bambu—kini mulai sulit ditemui. Banyak generasi muda yang bahkan belum pernah mencicipi kelezatan kue yang satu ini.

Namun, Karno (40), salah satu penjual kue putu keliling yang berasal dari Kelurahan Muara Lakitan, Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Musi Rawas, tetap setia menjajakan kue legendaris ini dari kampung ke kampung.

BACA JUGA:Pencak Silat Bupati Cup III Muba 2025: Ribuan Pesilat Berkompetisi, Bupati Toha Beri Dukungan Penuh

BACA JUGA:Kesya Qonita Dz: Inspirasi Panahan dari Musi Banyuasin di Kejurnas Junior

“Alhamdulillah, peminat kue putu masih banyak. Mulai dari anak-anak, remaja, sampai orang tua, banyak yang suka. Dalam waktu lima jam saja, 4 kilogram tepung beras yang saya olah bisa habis,” ujar Karno saat diwawancarai.

Dari hasil berjualan, Karno mengaku bisa meraup penghasilan lumayan. “Kalau dagangan habis, bisa dapat sekitar Rp350 ribu semalam. Tapi kalau sedang sepi, ya bawa pulang sekitar Rp150 ribu sampai Rp200 ribu,” ungkapnya dengan nada bersyukur.

Kehadiran Karno dengan gerobak kue putunya tak hanya menarik para pelanggan karena rasanya, tetapi juga karena nilai nostalgia yang dibawanya. Herlina (39), salah seorang pembeli malam itu, mengaku kue putu membangkitkan kenangan masa kecilnya.

“Dulu waktu SD sering beli kue putu dari penjual yang pakai gerobak pikul. Sudah lama sekali tidak lihat yang jual kue ini. Begitu dengar suaranya malam ini, langsung saya beli. Rasanya masih sama seperti dulu,” kata Herlina sambil tersenyum.

BACA JUGA:Muba Bidik Juara Umum Porprov Korpri Sumsel 2025, Semangat ASN Mengukir Prestasi

BACA JUGA:Malam Anugerah Penyiaran KPID Sumsel 2025: Kominfo Muba Perkuat Komitmen Penyiaran Publik Berkualitas

Di tengah arus modernisasi yang kian deras, kehadiran penjual kue putu seperti Karno menjadi pengingat bahwa warisan kuliner tradisional tetap punya tempat di hati masyarakat.

Selama masih ada yang menghargai dan menikmati, siulan khas dari alat kukus kue putu akan terus melintasi gang-gang kota dan desa, membawa kehangatan serta kenangan manis bagi siapa pun yang mendengarnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan