Rejung Pesirah Hidupkan Tradisi Tadut di Ngaji Budaya Kemenag RI
Rejung Pesirah Hidupkan Tradisi Tadut di Ngaji Budaya Kemenag RI--
KORANHARIANMUBA.COM- Kelompok musik etnik Rejung Pesirah kembali menunjukkan perannya dalam pelestarian budaya Sumatera Selatan.
Grup yang dipimpin budayawan Vebri Al Lintani ini tampil memukau pada kegiatan Ngaji Budaya dan Tradisi Islam di Nusantara yang digelar Kementerian Agama RI di Auditorium MAN 3 Palembang, Jumat 28 November 2025.
Mengusung tema Merawat Keberagaman Tradisi dan Budaya di Bumi Sriwijaya, kegiatan ini memadukan seni, edukasi, dan spiritualitas, serta menjadi ruang penting untuk memperkenalkan kekayaan budaya lokal kepada generasi muda. Rejung Pesirah tampil dengan formasi lengkap, termasuk pembacaan syair Tadut oleh Isnayanti Safrida.
Dalam penampilannya, Rejung Pesirah konsisten menghadirkan kolaborasi instrumen tradisional dengan sentuhan musik modern. Setiap komposisi menghidupkan kembali tradisi lokal yang mulai jarang ditemukan dalam keseharian masyarakat.
BACA JUGA:Pinjam Tak Kembali, Pria di Ogan Ilir Ditangkap karena Gelapkan Motor Tetangga
Vebri Al Lintani menjelaskan, keterlibatan Rejung Pesirah merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Ngaji Budaya yang diadakan Kemenag di tujuh kota besar. Palembang menjadi kota keenam dalam gelaran tersebut.
“Tadi saya membawa materi tentang Tadut, salah satu tradisi lisan khas masyarakat Basemah yang sejak lama digunakan sebagai media syiar Islam,” ujarnya.
Tadut sendiri merupakan syair bernada khas yang berisi pesan moral, nilai agama, hingga kisah kehidupan. Tradisi ini menjadi sarana dakwah yang lembut dan mudah diterima masyarakat pedesaan.
Dalam kegiatan ini, Tadut tidak hanya dikenalkan, tetapi juga dipraktikkan langsung di hadapan sekitar 500 peserta yang terdiri dari penyuluh agama, majelis taklim, dan guru se-Sumsel. Banyak peserta yang turut mencoba bertadut secara interaktif.
BACA JUGA:Bawa Pisau Tanpa Izin, Pria di Indralaya Ditangkap Saat Patroli Malam
Plt. Direktur Penerangan Agama Islam, Ahmad Zayadi, menegaskan pentingnya budaya sebagai jembatan keberagaman. Ia menilai tradisi bukan hanya warisan, tetapi ruang bertemunya nilai keagamaan dan sosial.
“Bagi generasi muda, mengenal budaya berarti mengenal jati diri. Semakin akrab mereka dengan budaya, insya Allah semakin dekat pula mereka dengan Tuhannya,” ujarnya.
Kepala Kanwil Kemenag Sumsel, Syafitri Irwan, turut menyoroti mulai pudarnya tradisi lokal di tengah derasnya arus digitalisasi. Ia mendorong agar kegiatan pelestarian budaya diperluas, bahkan diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah dan madrasah.
“Ini penting agar anak-anak kita tidak tercerabut dari akar budaya dan nilai keislaman yang hidup di daerah ini,” katanya.