Tinggalkan Surat untuk Ibu, Santri 13 Tahun Ditemukan Tewas Gantung Diri di Pasar Megang Sakti, Musi Rawas
Gantung diri. (Foto: Ilustrasi)--
MUSI RAWAS, KORANHARIANMUBA.COM - Sebuah tragedi mengejutkan terjadi di Pasar Megang Sakti, Kabupaten Musi Rawas, pada Kamis, 3 Oktober 2024, sekitar pukul 00.30 WIB. Seorang santri berinisial G (13) ditemukan tewas dengan kondisi tergantung di salah satu tiang besi penyangga tenda di pasar tersebut. Peristiwa ini menjadi perhatian serius warga setempat, terutama karena korban masih berusia muda dan merupakan santri di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Megang Sakti.
Menurut keterangan dari Kapolsek Megang Sakti, AKP Hendri, korban ditemukan dalam kondisi tergantung dengan menggunakan tali nilon biru yang diikatkan pada tiang besi.
“Korban ditemukan tergantung tanpa ada tanda-tanda kekerasan di tubuhnya. Saat ini, kami masih melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan motif korban nekat mengakhiri hidupnya,” jelas Kapolsek Megang Sakti.
Yang membuat kejadian ini semakin memilukan adalah ditemukannya secarik surat wasiat yang ditulis tangan oleh korban tidak jauh dari tempat korban tergantung. Surat tersebut terletak di samping peci yang diduga milik korban. Dalam surat tersebut, korban mengungkapkan perasaan putus asa akibat tekanan yang dirasakannya dari orang tua, terutama karena korban dipulangkan kembali ke pesantren setelah sebelumnya sempat kabur dari asrama.
BACA JUGA:Para Pelaku Hilangkan Nyawa Siswi SMP di Talang Kerikil Palembang Segera Disidangkan
BACA JUGA:Tragis! Pria Bujangan Ditemukan Tewas Tergantung di Pohon Cempedak di Muba, Ini Kronologinya
Seorang santri berinisial G (13) ditemukan tewas dengan kondisi tergantung di salah satu tiang besi penyangga tenda di pasar Megang Sakti, Musi Rawas. (Foto: dok/ist)--
Berikut adalah kutipan dari surat yang ditulis oleh korban:
“Assalamualaikum ibuk ini G. G melakukan ini terpakso, G dak kuat dengan cobaan ini yang ibuk kasih samo G. Maafkan G apobila Gading ado salah. Iklasin semua ini bu, G betah di sini. Jangan lupo bacoin G surat Alfateha yo bu. Dan satu hal yang G sayang samo ibuk, ayah, jugo adik bu. Buat yang nemu surat ini hubungi (nomor hp dan nama ayahnya) dan mengabarkan alamatnya di Desa Muara Megang, Juanda Bibitan.”
Dalam surat itu, korban mengungkapkan perasaan putus asa akibat tekanan yang dirasakannya setelah dipulangkan ke pesantren untuk tinggal di asrama. Korban juga meminta maaf kepada ibunya dan keluarganya atas keputusannya, serta meminta doa dari mereka.
Kapolsek Megang Sakti, AKP Hendri, menjelaskan bahwa hingga saat ini pihak kepolisian masih mendalami motif di balik peristiwa tragis ini. Berbagai kemungkinan sedang ditelusuri, mulai dari masalah pribadi korban, masalah dengan keluarga, hingga potensi korban mengalami perundungan atau bullying selama berada di pesantren.
"Kami belum bisa menyimpulkan apa motif utama korban nekat mengakhiri hidupnya. Apakah ada masalah keluarga, apakah ada masalah dengan teman-teman sepesantrennya, atau apakah dia mengalami bullying di pesantren. Semua ini masih dalam penyelidikan kami. Kami juga sedang berkoordinasi dengan pihak keluarga dan teman-teman korban untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut," ujar AKP Hendri.
Lebih lanjut, orang tua korban menyatakan bahwa sebelum kejadian, tidak ada tanda-tanda mencurigakan yang menunjukkan korban mengalami tekanan berat. Namun, korban sempat pulang ke rumah beberapa waktu lalu dengan alasan sakit dan kemudian dipulangkan kembali ke pesantren.
BACA JUGA:3 Hari Tidak Pulang, Istri Pun Mencarinya, Ternyata Ditangkap Polisi Karena Jadi Kurir Sabu