BMKG Sumsel Imbau Masyarakat Waspada Cuaca Ekstrem dan Bencana Hidrometeorologi
BMKG mengeluarkan imbauan kepada masyarakat Sumsel mewaspadai bencana hidrometeorologi (foto ist).--
KORANHARIANMUBA.COM – Dengan intensitas hujan di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) yang telah mencapai 50 persen, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sumsel mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, hingga angin puting beliung.
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas 1 Sumsel, Wandayantolis, menjelaskan bahwa saat ini pembentukan hujan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lokal.
"Monsoon baratan yang masih lemah menyebabkan hujan lebih sering terbentuk akibat kondisi lokal, terutama selama masa transisi dari kemarau ke musim hujan," ujar Wandayantolis, Jumat 18 Oktober 2024.
Meski demikian, ia mengingatkan bahwa wilayah Sumsel belum sepenuhnya memasuki musim hujan, karena curah hujan secara kumulatif belum memenuhi kriteria.
BACA JUGA:Kejati Sumsel Sita Tanah dan Bangunan Terkait Kasus Korupsi Aset Yayasan Batanghari Sembilan
BACA JUGA:Perkuat Generasi Muda, Babinsa Koramil 401-10 Sungai Lilin Datangi Sekolah, Berikan Wasbang
"Curah hujan saat ini belum merata, namun masyarakat tetap harus waspada, terutama terhadap bencana hidrometeorologi seperti banjir yang dapat terjadi akibat hujan lebat yang datang tiba-tiba," jelasnya.
Selain potensi hujan deras, Wandayantolis menambahkan bahwa periode transisi ini juga meningkatkan risiko terjadinya angin kencang dan puting beliung, meski frekuensinya tergolong jarang.
"Pada masa peralihan ini, kondisi cuaca bisa berubah dengan cepat. Kami mengimbau agar masyarakat memperhatikan kenaikan muka air sungai jika terjadi hujan dengan durasi lebih dari satu jam," tambahnya.
BMKG juga mengingatkan bahwa potensi cuaca ekstrem tidak hanya disebabkan oleh faktor lokal, tetapi juga dipengaruhi oleh masuknya air hangat ke perairan Indonesia, yang menyebabkan pembentukan awan lebih banyak.
Hal ini dipertegas oleh pakar meteorologi dan klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Edvin Aldrian. Menurutnya, fenomena ini dapat meningkatkan intensitas hujan, sehingga musim hujan tahun ini berpotensi lebih basah dibandingkan sebelumnya.
Selain itu, Edvin juga mengingatkan bahwa bencana hidrometeorologi bisa memicu bencana vulkanologi, terutama di daerah-daerah gunung berapi aktif.
"Kombinasi air hujan dengan material vulkanik dapat memicu aliran lahar dingin, yang berpotensi menyebabkan banjir lahar di wilayah sungai yang mengalir dari gunung," tuturnya.
BMKG dan pihak terkait terus memantau perkembangan cuaca dan menyarankan masyarakat untuk tetap waspada serta mempersiapkan diri menghadapi cuaca ekstrem yang bisa datang sewaktu-waktu.(*)