Kenali Glaukoma Si Pencuri Penglihatan

Glaukoma. (Foto: ISt)--

HARIANMUBA.BACAKORAN.CO - Meningkatkan kesadaran masyarakat serta secara teknis peningkatan pengetahuan tenaga kesehatan terkait glaukoma sangatlah diperlukan. 

Dijelaskan, Direktur P2PTM Dr. Eva Susanti, dalam kegiatan webinar yang dilaksanakan belum lama ini, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang cara mencegah dan mengendalikan glaukoma agar dunia terbebas dari glaukoma. 

Ia juga menekankan, pentingnya melakukan pemeriksaan mata secara teratur agar glaukoma dapat dideteksi sedini mungkin, dan bila ditemukan tanda atau gejala maka dapat ditindaklanjuti dengan pengobatan yang tepat.

“Secara ideal sumber daya yang berkualitas harus bebas gangguan panca Indera termasuk bebas dari gangguan penglihatan dan kebutaan. Oleh karena itu penanggulangan gangguan penglihatan perlu mendapatkan perhatian sungguh-sungguh dari seluruh jajaran pemerintah bersama masyarakat,” kata Dr. Eva.

BACA JUGA:Gelar Halal Bihalal Terbuka untuk Warga Muba, Pj Bupati Apriyadi Siapkan Jajanan Gerobak UMKM

BACA JUGA:Bareng Keluarga dan Warga Muba, Pj Bupati Apriyadi Salat Id di Rumdin

Direktur Eva melanjutkan, glaukoma merupakan penyebab kedua kebutaan di Indonesia setelah katarak. Namun, berbeda dengan katarak, kebutaan yang disebabkan oleh glaukoma bersifat permanen dan tidak dapat diperbaiki. Angka kejadian glaukoma diperkirakan meningkat seiring dengan peningkatan harapan hidup masyarakat Indonesia.

“WHO memperkirakan 57,5 juta orang di seluruh dunia terkena glaukoma. Setidaknya 50% orang (penderita glaukoma) di negara maju tidak menyadari menderita glaukoma dan jumlah ini dapat meningkat menjadi 90% di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia,” Ungkap direktur Eva.

Glaukoma merupakan penyakit yang tidak menimbulkan gejala. Karena itu, sosialisasi dan edukasi pada masyarakat yang diikuti dengan deteksi dini penemuan glaukoma sangat penting. Sebab, semakin dini glaukoma ditemukan dan diikuti tindak lanjut yang tepat, semakin penderita akan terhindar dari kebutaan.

Dr. Fifin Luthfia, yang juga menjadi narasumber pada webinar tersebut, menyampaikan bahwa glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak setelah katarak baik di seluruh dunia maupun di Indonesia dan bersifat permanen. Glaukoma menyumbang 12,3% dari total kasus kebutaan. Di dunia, dari 39 juta kasus kebutaan, sebanyak 3,2 juta disebabkan glaukoma. Di Indonesia, 4 sampai 5 orang dari 1.000 orang menderita glaukoma.

“Ketika kita melakukan upaya-upaya untuk pengobatan atau upaya kuratif itu biasanya tidak akan memperbaiki penglihatan tetapi hanya mempertahankan kondisi yang saat ini ada,” kata Dr. Fifin.

Beberapa faktor risiko glaukoma, kasus glaukoma pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, dan kasus glaukoma pada ras kulit hitam lebih banyak dibandingkan ras kulit putih. Glaukoma juga merupakan penyakit degeneratif sehingga risikonya meningkat seiring bertambahnya usia. Faktor lain yang berperan adalah riwayat glaukoma dalam keluarga, status refraksi seperti miopia dan hipermetropia, serta penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan hipotensi. ( Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan RI )(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan