KORANHARIANMUBA.COM – Jembatan Tanah Kering, penghubung utama antara Kecamatan Pulau Rimau dan Kecamatan Selat Penuguan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, kini dalam kondisi yang semakin memprihatinkan. Jembatan yang vital bagi mobilitas dan aktivitas ekonomi warga setempat ini mengalami kerusakan parah, memaksa warga untuk terus melakukan perbaikan darurat secara mandiri hampir setiap minggu.
Rangka lantai jembatan yang sudah tua kini mulai keropos, bahkan beberapa bagian terlepas. Kondisi tiang penyangga juga tak kalah mengkhawatirkan, membuat jembatan ini semakin rawan untuk dilalui, terutama oleh kendaraan bermuatan berat. Warga kerap kali harus menunggu perbaikan selesai sebelum bisa melintasi jembatan, yang mengganggu aktivitas harian dan menimbulkan kekhawatiran akan keselamatan mereka.
Menanggapi situasi ini, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Banyuasin, Apriansyah, baru-baru ini turun langsung ke lapangan bersama timnya untuk meninjau kondisi jembatan Tanah Kering. Ia menilai bahwa perbaikan darurat dari masyarakat perlu diikuti oleh langkah konkret dari pemerintah guna menciptakan solusi yang lebih permanen.
“Perbaikan yang dilakukan secara swadaya oleh warga memang patut diapresiasi, namun kondisi jembatan ini memerlukan rehabilitasi besar untuk dapat digunakan dengan aman dan nyaman,” ujar Apriansyah.
BACA JUGA:Agen BRILink Dorong Perekonomian Masyarakat Sanga Desa
BACA JUGA:Lapas Kelas IIB Sekayu Gelar Razia Blok Hunian Warga Binaan, Tekankan Komitmen Bersih dari Narkoba
Jembatan yang dibangun pada era 1980-an ini memang sudah melewati masa pakai yang ideal. Struktur utamanya pun kini tidak lagi mampu menahan beban kendaraan dengan maksimal, sehingga dinilai perlu direnovasi menyeluruh.
Sekretaris Daerah Kabupaten Banyuasin, Erwin Ibrahim, menyatakan bahwa Pemkab Banyuasin telah merencanakan langkah rehabilitasi jangka pendek pada tahun 2024. Rehabilitasi ini akan difokuskan pada perbaikan lantai jembatan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan menjaga keamanan pengendara.
“Tahun ini akan ada rehabilitasi untuk lantai jembatan sebagai solusi sementara, agar kerusakan tidak semakin parah,” ujar Erwin.
Untuk solusi jangka panjang, Pemkab Banyuasin telah mengusulkan revitalisasi total pada tahun 2025 dengan pengajuan anggaran sebesar Rp 80 miliar kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI. Rencana ini meliputi pembangunan jembatan baru dengan struktur yang lebih kokoh dan tahan lama, menggunakan rangka besi dengan lantai beton, yang diperkirakan mampu menahan beban kendaraan hingga 30 ton.
Menurut Erwin, jembatan baru tersebut direncanakan memiliki panjang sekitar 120 meter dan lebar 7 meter, agar dapat mendukung mobilitas masyarakat antar kecamatan, sekaligus memenuhi kebutuhan transportasi hasil bumi dan bahan pokok yang setiap hari melintasi jembatan.
“Dengan adanya anggaran dari Kementerian PUPR, kami harap dapat mewujudkan jembatan baru yang lebih kuat dan tahan lama untuk jangka panjang,” tambah Erwin.
Bagi masyarakat Kecamatan Pulau Rimau dan Selat Penuguan, perbaikan ini menjadi sangat penting karena jembatan Tanah Kering merupakan jalur utama untuk berbagai kebutuhan, terutama distribusi hasil pertanian dan kebutuhan pokok. Selama ini, keterbatasan infrastruktur membuat warga harus mengeluarkan tenaga dan biaya lebih untuk mempertahankan kondisi jembatan agar tetap dapat digunakan.
Warga sangat berharap pembangunan ini bisa segera terealisasi dan mengakhiri kekhawatiran mereka akan keselamatan saat melintas.
Dengan adanya pembangunan jembatan baru, masyarakat sekitar optimis bahwa keberadaan jembatan Tanah Kering yang kokoh akan membuka peluang lebih besar bagi pengembangan sektor ekonomi, khususnya pertanian dan perdagangan, di Kabupaten Banyuasin.