HARIANMUBA.BACAKORAN.CO - Sebuah penelitian mengungkap fakta terbaru mengenai keterkaitan pengonsumsian karbohidrat berlebih dengan penampilan seseorang.
Penelitian ini dilakukan tim ilmuwan dari Prancis menunjukkan bahwa lawan jenis menganggap wajah seseorang bisa menjadi kurang menarik setelah mengonsumsi makanan olahan yang mengandung karbohidrat secara berlebihan.
Penelitian ini diuji dengan 104 pria dan wanita heteroseksual yang diberi sarapan.
Nah beberapa peserta mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat, sementara yang lain mengonsumsi makanan alternatif rendah glikemik.
BACA JUGA:Semen Padang FC Dipermalukan dengan Agregat 6-0
BACA JUGA:Heboh! Ronaldo Ucapkan Selamat Ulang Tahun Buat Real Madrid
Setelah dua jam, foto subjek diambil dan dibagikan kemudian responden diminta menilai daya tarik masing-masing.
Hasilnya menunjukkan bahwa yang mengonsumsi karbohidrat mendapat skor daya tarik wajah yang lebih rendah secara keseluruhan.
Nah tim peneliti menulis bahwa makanan olahan tinggi karbohidrat juga mengalami penurunan peringkat, terlepas dari faktor-faktor seperti BMI dan usia.
Sementara itu peneliti dari Universitas Montpellier berencana untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar untuk memahami mengapa makanan dapat mempengaruhi penampilan wajah seseorang.
BACA JUGA:Jalintim Palembang – Jambi Tersendat, Ternyata Ini Penyebabnya
Perlu diingat bahwa penampilan tidak hanya dipengaruhi oleh konsumsi makanan, tetapi juga oleh faktor lain seperti genetika, gaya hidup, dan perawatan kulit.
Jadi meski mengurangi konsumsi karbohidrat olahan mungkin baik untuk kesehatan, namun juga harus mempertimbangkan berbagai faktor lain yang memengaruhi penampilan secara menyeluruh.
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia. Ada dua jenis karbohidrat yang umum dikenal, yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks.
Karbohidrat Kompleks dinilai lebih baik karena mengandung nutrisi lebih lengkap untuk tubuh sedangkan karbohidrat Sederhana dapat memicu lonjakan glukosa dalam tubuh dan hanya memberi energi jangka pendek yang selalu dikaitkan dengan risiko diabetes karena memicu keinginan untuk mengonsumsi makanan manis.