HARIANMUBA.BACAKORAN.CO - Anggota Komisi VI DPR, Amin Ak, meminta pemerintah mengambil sikap tegas soal rencana TikTok yang akan mengakuisisi Traveloka, online travel agent (OTA) lokal asal Indonesia.
Amin mengatakan meski dibantah, rencana ini bukanlah tidak mungkin terjadi. Pemerintah diminta belajar dari pada kasus akuisisi e-Commerce lokal yang kini sudah dikendalikan penuh oleh TikTok.
Dia menambahkan hal yang menjadi kekhawatiran ialah perusahaan raksasa asal Tiongkok itu bisa menguasai berbagai lini bisnis di Tanah Air, terutama di pasar ekonomi digital.
“Tanpa regulasi yang ketat, sangat mungkin penggabungan keduanya akan memunculkan monopoli pasar di bisnis akomodasi. Seperti kita ketahui, ByteDance, pemilik TikTok merupakan raksasa platform e-commerce global asal China. Sedangkan Traveloka merupakan salah satu dari dua pemain online travel agent besar di Indonesia selain Tiket.com,” kata Anggota Komisi VI DPR Amin Ak, Jumat (19/7).
BACA JUGA:Debit Air Sungai Musi Surut, Nelayan Mulai Tangkap Ikan
BACA JUGA:Masuk Pensiun, Kapolda Sumsel Lepas 82 Personel Polda Sumsel
Komisi VI DPR yang membidangi investasi dan perdagangan itu, menyebut langkah baru Tiktok telah menjadi tantangan besar bagi pelaku usaha. Langkah Tiktok tersebut harusnya menjadi alarm bagi pemerintah sebagai regulator untuk memastikan persaingan pasar yang adil, mengingat akuisisi menggabungkan dua platform besar yakni media sosial TikTok dan Traveloka berstatus online travel agent (OTA).
Sementara TikTok, sebagai raksasa teknologi, punya kapital dan berbagai sumber daya berlebih, demi merebut pasar lokal. “Pertama, terjaganya persaingan tetap sehat sehingga tidak mematikan pemain travel lokal lainnya. (Kedua), Pemerintah dan otoritas regulasi harus memantau pasar dengan cermat. Dengan penguasaan teknologi oleh ByteDance yang lebih advance, maka masuknya raksasa China tersebut dengan mengendarai Traveloka, jelas akan membuat daya saing pasar pemain lokal tergerus,” ujar Kapoksi Komisi VI Fraksi PKS.
“Harus juga diingat, TikTok adalah perusahaan asal China, dan regulasi terkait data dan keamanan sering menjadi perhatian. Pemerintah perlu memastikan bahwa data pengguna dan privasi tetap terlindungi,” tutur Amin menambahkan.
Menurut Amin, Traveloka merupakan salah satu dari dua pemain online travel agent besar di Indonesia. Pada 2022 lalu, Traveloka meraup pendapatan sebesar Rp3,46 triliun dengan kenaikan 75% year on year (YoY). Melalui penguasaan pasar Traveloka, ditambah TikTok menjadi pengendali nantinya, kedaulatan data juga harusnya menjadi perhatian serius. Dia melihat, aksi korporasi ini bukan sekadar bisnis semata. Tuntutan tersebut kepada bukan hanya TikTok tetapi juga berlaku pada semua platform digital lain, yakni turut membantu promosi pariwisata Indonesia dan pemerintah juga harus memberikan aturan main yang jelas. “Belajar dari kasus bobolnya Pusat Data Nasional, kita sangat meragukan kemampuan dan komitmen pemerintah melindungi data pribadi masyarakat Indonesia. Harapannya, akan lebih banyak pengguna mancanegara akan melihat dan mempertimbangkan destinasi wisata di Nusantara. Namun, jika sebaliknya, siap-siap saja kita hanya menjadi penonton riuhnya bisnis pariwisata dan akomodasi, tanpa menikmati kuenya secara signifikan," pungkasnya. (*) Artikel ini telah tayang di JPNN.