Warga Didaerah Ini Telah Rayakan IdulFitri Lebih Dulu

Warga daerah ini telah lebaran kemarin jumat--
KORANHARIANMUBA.COM, - Penguna jagad maya di hebohkan, ada suatu desa yang masyarakatnya telah merayakan hari raya Idul Fitri.
Desa itu Namanya Desa Kampung Baru, Maluku.
Hal ini terungkap dengan beredarnya video, tampak para jemaah mengumandangkan takbir dan berbondong-bondong menuju lapangan tempat pelaksanaan salat Idulfitri.
Video ini pun mengundang beragam reaksi dari warganet, mengingat pemerintah hingga saat ini belum secara resmi menetapkan tanggal 1 Syawal 1446 Hijriah.
Dalam keterangannya, perekam video menuliskan, "Viral! Warga di Desa Kampung Baru Maluku sudah melaksanakan salat Idulfitri pada hari Jumat, 28 Maret 2025".
Unggahan ini pun ramai diperbincangkan di berbagai platform media sosial, dengan banyak warganet yang mempertanyakan alasan di balik perbedaan waktu pelaksanaan hari raya tersebut.
Fenomena seperti ini sebenarnya bukan hal baru di Indonesia. Beberapa komunitas tertentu memang memiliki metode perhitungan sendiri
Baik perhitungan dalam menentukan awal bulan Syawal, melalui metode hisab (perhitungan astronomi) maupun rukyat (pengamatan hilal) yang berbeda dari pemerintah.
Beberapa daerah bahkan memiliki tradisi turun-temurun, dalam menetapkan hari raya lebih awal dari keputusan resmi pemerintah.
Di Desa Kampung Baru, warga tampaknya sudah menetapkan sendiri 1 Syawal 1446 H berdasarkan perhitungan yang mereka yakini.
Meski belum ada pernyataan resmi dari tokoh agama atau pemuka masyarakat setempat, tradisi perayaan Idulfitri lebih awal memang kerap terjadi di beberapa komunitas yang mengikuti metode hisab atau rukyat independen.
Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Agama baru akan menggelar sidang isbat untuk menentukan Hari Raya Idulfitri pada 30 Maret 2025.
Berdasarkan perhitungan astronomi yang digunakan oleh pemerintah, Idulfitri tahun ini diperkirakan jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.
Keputusan ini nantinya akan diumumkan secara resmi setelah mempertimbangkan laporan rukyat hilal dari berbagai daerah di Indonesia.
Reaksi warganet terhadap peristiwa ini pun beragam. Beberapa menganggapnya sebagai bagian dari keberagaman dalam praktik keagamaan di Indonesia, sementara yang lain mempertanyakan keabsahan pelaksanaan salat Idulfitri sebelum adanya keputusan resmi pemerintah.
Beberapa komentar di media sosial bahkan menyebutkan bahwa kejadian seperti ini bisa membingungkan masyarakat awam yang tidak memahami perbedaan metode penentuan kalender Islam.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak berwenang mengenai pelaksanaan Idulfitri lebih awal di Desa Kampung Baru.
Pemerintah daerah maupun tokoh agama setempat diharapkan dapat memberikan klarifikasi agar masyarakat mendapatkan pemahaman yang lebih jelas mengenai perbedaan ini.
Terlepas dari perbedaan metode penetapan 1 Syawal, peristiwa ini kembali menyoroti dinamika dalam penentuan kalender Islam di Indonesia.
Keberagaman ini menjadi cerminan dari luasnya spektrum pemahaman keagamaan di tengah masyarakat, yang tetap harus dijalankan dengan sikap saling menghormati.
Bagi sebagian besar umat Islam di Indonesia, keputusan resmi pemerintah masih menjadi pedoman utama dalam merayakan hari raya keagamaan, guna menjaga persatuan dan keselarasan dalam menjalankan ibadah bersama-sama.