Mengenal 8 Hewan Endemik Indonesia yang Telah Menghilang dari Alam Liar

Reporter: Reno |

Editor: Yudistira |

Senin , 20 Jan 2025 - 21:08

Macan Tutul Jawa.--

Status: Punah (IUCN)

Penyebab Kepunahan:

- Perburuan besar-besaran oleh kolonial Belanda

- Kehilangan habitat akibat pertumbuhan populasi manusia

Harimau Bali adalah subspesies harimau terkecil yang pernah hidup di Pulau Bali. Mereka memiliki pola belang yang lebih rapat dan ukuran tubuh yang relatif kecil dibandingkan subspesies lainnya. Harimau Bali terakhir kali terlihat pada tahun 1937 ketika seekor betina ditembak oleh pemburu, dan sejak saat itu dinyatakan punah.

3. Burung Kuau Bergaris (Argusianus bipunctatus)

Status: Punah (IUCN)

Penyebab Kepunahan:

- Perubahan habitat akibat deforestasi

- Perburuan untuk dijadikan koleksi

Burung kuau bergaris merupakan spesies burung yang diyakini pernah hidup di hutan Sumatera. Keberadaannya sangat sulit dipastikan karena hanya sedikit bukti fisik yang pernah ditemukan. Hilangnya habitat alami menjadi penyebab utama kepunahannya.

4. Kura-kura Pulau Rote (Chelodina mccordi)

Status: Punah di alam liar (Extinct in the Wild - IUCN)

Penyebab Kepunahan:

- Perdagangan ilegal sebagai hewan peliharaan eksotis

mengenal 8 hewan endemik indonesia yang telah menghilang dari alam liar                            koranharianmuba.com - indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. 
berbagai spesies endemik pernah hidup di negeri ini, namun akibat perburuan liar, kerusakan habitat, dan perubahan lingkungan, beberapa di antaranya telah dinyatakan punah. 
berikut adalah delapan hewan asli indonesia yang telah punah beserta penyebab kepunahannya.   
1. harimau jawa (panthera tigris sondaica)  
baca juga:kakanwil kemenkum sumsel audiensi dengan kapolda sumsel bahas harmonisasi hukum
baca juga:xenia dan truk mitsubishi box tabrakan di jalintim km 22, tidak ada korban jiwa
status: punah (iucn)  
penyebab kepunahan:  
- perburuan liar  
- deforestasi dan alih fungsi lahan untuk pertanian  
- fragmentasi habitat  
harimau jawa merupakan subspesies harimau yang hanya ditemukan di pulau jawa. hewan ini memiliki tubuh yang lebih kecil dibandingkan harimau sumatera. penurunan populasinya terjadi secara drastis pada abad ke-20 karena perburuan liar dan penggundulan hutan. harimau jawa terakhir kali terlihat pada tahun 1970-an dan dinyatakan punah oleh iucn pada 2003.  
 
2. harimau bali (panthera tigris balica)  
status: punah (iucn)  
penyebab kepunahan:  
- perburuan besar-besaran oleh kolonial belanda  
- kehilangan habitat akibat pertumbuhan populasi manusia  
harimau bali adalah subspesies harimau terkecil yang pernah hidup di pulau bali. mereka memiliki pola belang yang lebih rapat dan ukuran tubuh yang relatif kecil dibandingkan subspesies lainnya. harimau bali terakhir kali terlihat pada tahun 1937 ketika seekor betina ditembak oleh pemburu, dan sejak saat itu dinyatakan punah.  
3. burung kuau bergaris (argusianus bipunctatus)  
status: punah (iucn)  
penyebab kepunahan:  
- perubahan habitat akibat deforestasi  
- perburuan untuk dijadikan koleksi  
burung kuau bergaris merupakan spesies burung yang diyakini pernah hidup di hutan sumatera. keberadaannya sangat sulit dipastikan karena hanya sedikit bukti fisik yang pernah ditemukan. hilangnya habitat alami menjadi penyebab utama kepunahannya.  
4. kura-kura pulau rote (chelodina mccordi)  
status: punah di alam liar (extinct in the wild - iucn)  
penyebab kepunahan:  
- perdagangan ilegal sebagai hewan peliharaan eksotis  
- hilangnya habitat alami akibat urbanisasi  
baca juga:pemkab muba siapkan pelaksanaan stqh xxviii dan isra mi'raj nabi muhammad saw 1445 h
baca juga:sidang perdata di pengadilan tinggi palembang tentang sengketa lahan di kayuagung, ini hasilnya 
kura-kura ini endemik di pulau rote, nusa tenggara timur. spesies ini memiliki leher panjang yang khas dan sering menjadi target perdagangan satwa liar. saat ini, kura-kura rote hanya tersisa di penangkaran dan tidak lagi ditemukan di alam liar. 
 
5. tikus hidung panjang flores (paulamys naso)  
status: punah (iucn)  
penyebab kepunahan:  
- perubahan ekosistem akibat aktivitas manusia  
- kehadiran predator invasif seperti kucing dan tikus besar  
tikus hidung panjang flores merupakan mamalia endemik yang hidup di pulau flores, nusa tenggara. spesies ini diyakini telah punah karena kehilangan habitat alami dan kompetisi dengan spesies invasif.  
6. burung gagak flores (corvus florensis)  
status: punah (iucn)  
penyebab kepunahan:  
- perubahan iklim  
- perburuan dan perdagangan burung liar  
gagak flores merupakan burung yang dulunya ditemukan di hutan-hutan di pulau flores. kehilangan habitat akibat pembalakan liar serta perburuan berkontribusi terhadap kepunahannya. saat ini, spesies ini sudah tidak ditemukan lagi di alam liar.  
7. macan tutul jawa (panthera pardus melas)  
status: kemungkinan punah (critically endangered – iucn)  
penyebab kepunahan:  
- hilangnya habitat akibat deforestasi  
- konflik dengan manusia karena semakin sempitnya habitat alami  
 
macan tutul jawa adalah subspesies macan tutul yang hanya ditemukan di pulau jawa. populasinya semakin menurun akibat perusakan hutan dan perburuan oleh masyarakat. beberapa ahli menduga spesies ini masih ada dalam jumlah yang sangat kecil, tetapi kemungkinan besar telah punah.  
8. burung jalak putih (sturnus melanopterus)  
status: punah di alam liar (extinct in the wild - iucn)  
penyebab kepunahan:  
- perdagangan ilegal untuk burung peliharaan  
- hilangnya habitat hutan akibat konversi lahan  
burung jalak putih pernah menghuni hutan-hutan di pulau jawa dan bali. burung ini memiliki bulu putih bersih dengan ujung sayap hitam. akibat permintaan pasar yang tinggi untuk perdagangan burung peliharaan, spesies ini mengalami tekanan besar hingga akhirnya punah di alam liar.  
kepunahan delapan hewan asli indonesia ini menjadi peringatan akan pentingnya upaya konservasi dan pelestarian alam. 
berbagai faktor seperti perburuan liar, deforestasi, serta perubahan lingkungan menjadi penyebab utama hilangnya spesies endemik yang tak tergantikan. 
diperlukan kesadaran kolektif dari masyarakat dan pemerintah untuk mencegah semakin banyak spesies yang mengalami nasib serupa.(*)