Waduh? Rumah Warga di Tepi Sungai Mesat Terancam Longsor, Keluarga Was-Was

Rumah warga di Lubuklinggau Terancam Longsor (foto ist)--
KORANHARIANMUBA.COM – Keluarga Dela Wulandari, warga Jalan Merbabu RT.07, Kelurahan Wirakarya, Kecamatan Lubuk Linggau Timur II, kini hidup dalam kekhawatiran. Rumah mereka yang berada di tepi Sungai Mesat terancam longsor akibat erosi yang terus terjadi.
Ancaman ini bukan hal baru bagi mereka. Sebelumnya, pada November 2024, longsor sudah terjadi dan menyebabkan bangunan rumah ambruk. Bahkan, pada Juni 2024, kamar samping rumahnya hancur setelah tanah di bawahnya terkikis oleh derasnya aliran sungai.
“Rumah saya berada di dekat tikungan sungai. Saat banjir datang, arus airnya sangat deras melewati bawah rumah karena tidak ada beronjong (penahan air),” kata Dela, Kamis 30 Januari 2025.
Pasca kejadian tersebut, Dela mendapat bantuan untuk membangun kembali pondasi kamar yang hancur. Namun, sebelum bangunan selesai, longsor kembali terjadi pada November 2024, menyebabkan pondasi yang baru dibangun kembali ambruk.
BACA JUGA:Dinas Ketahanan Pangan Lahat Siapkan Cadangan Pangan
BACA JUGA:Pemkab Muba Bakal Gelar Ramah Tamah dan Pisah Sambut Bupati Muba di Stabel Berkuda Sekayu
“Bangunannya sebenarnya kuat, tapi tanahnya yang tidak mampu menahan beban, jadi akhirnya roboh lagi,” tambahnya.
Saat ini, curah hujan tinggi yang terus mengguyur Lubuk Linggau membuat Dela dan keluarganya semakin cemas. Bahkan, ketakutan mereka sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
“Tadi malam saya tidak bisa tidur, anak saya juga tidak sekolah karena kami mengantuk seharian. Kami terlalu khawatir kalau sewaktu-waktu longsor kembali terjadi,” ujarnya.
Dela berharap pemerintah segera mengambil tindakan untuk mencegah longsor lebih parah. Salah satu harapan besarnya adalah pembangunan beronjong di sepanjang aliran sungai untuk menahan erosi.
“Kalau ada beronjong, tanah tidak mudah terkikis lagi. Setidaknya kalau banjir datang, rumah kami tidak akan hancur lagi,” harapnya.
Ia mengakui bahwa lokasi rumahnya memang rawan banjir, tetapi karena keterbatasan ekonomi, keluarganya tidak punya pilihan lain. Dengan suaminya yang bekerja sebagai pemulung, pindah ke tempat lain atau mengontrak rumah bukanlah opsi yang memungkinkan.
Kini, mereka hanya bisa berharap ada perhatian dari pihak berwenang agar bisa hidup dengan lebih tenang, tanpa dihantui ketakutan akan longsor setiap kali hujan turun.(*)