Jejak Transmigrasi dan Transformasi di Kecamatan Sungai Lilin

Kecamatan Sungai Lilin--
KORANHARIANMUBA.COM,- Program transmigrasi yang digagas pemerintah Indonesia turut menyasar berbagai wilayah di tanah air, dengan Sumatera Selatan menjadi salah satu tujuan utama bagi perpindahan penduduk dari Pulau Jawa.
Di provinsi ini, Kecamatan Sungai Lilin di Kabupaten Musi Banyuasin menjadi salah satu lokasi penempatan warga transmigran. Mengikuti jejak daerah lain, gelombang transmigrasi di Sungai Lilin mulai bergulir sekitar tahun 1981.
Masyarakat yang datang ke Kecamatan Sungai Lilin berasal dari berbagai penjuru Pulau Jawa, meliputi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Saat ini, dari total 13 desa dan kelurahan yang ada, 11 di antaranya merupakan wilayah yang dulunya merupakan area transmigrasi.
Fenomena transmigrasi di Sungai Lilin dapat dikatakan berhasil, terbukti dengan kemajuan pesat yang dialami desa-desa tersebut saat ini. Secara ekonomi, kehidupan masyarakat terbilang stabil dengan perkebunan kelapa sawit sebagai sumber penghasilan utama.
BACA JUGA:Muba Siap Gelar Event BAF KEJURDA IMI SUMSEL Drag Race & Drag Bike Championship 2025!
BACA JUGA:Wabup Rohman Buka Muscab Luar Biasa DPC APDESI Muba 2025
Mengulik catatan sejarah, Suparmin, Kepala Desa Mekar Jadi saat ini, berbagi kisahnya mengenai kedatangan para transmigran kepada harianmuba.com. Beliau menuturkan, meski masih belia saat itu, ia masih mengingat jelas momen ketika mengikuti orang tuanya bertransmigrasi ke wilayah ini.
Suparmin mengungkapkan bahwa ia dan keluarganya berasal dari Jawa Timur. Perjalanan mereka dimulai pada awal tahun 1981, di mana sebelum keberangkatan, para calon transmigran dikumpulkan terlebih dahulu. Mereka kemudian menempuh perjalanan dari Jawa Timur menuju Merak menggunakan kereta api.
Setelah menyeberangi selat dengan kapal, perjalanan dilanjutkan kembali menggunakan kereta api hingga tiba di Kertapati, Palembang.
Dari Palembang, perjalanan diteruskan menggunakan kapal kayu hingga mencapai wilayah sekitar pasar Sungai Lilin saat ini. Setibanya, para transmigran kemudian dibagi-bagi ke berbagai wilayah sesuai dengan data yang telah ada.
BACA JUGA:Komisi I DPRD MUBA, Monitoring Pelaksanaan PPPK Muba TA 2024 Periode II
BACA JUGA:Jangan Tertipu Penampilan, Ini Deretan Jamur yang Paling Mematikan
Kepala desa tersebut mengenang bahwa pada awal masa transmigrasi, warga hanya mengolah lahan yang telah dibagikan untuk menanam tanaman palawija. Kondisi ekonomi saat itu cukup sulit, terlebih mencari pekerjaan di luar.
Namun, sekitar tahun 1983, adanya proyek pembangunan jembatan Sungai Lilin dan jalan memberikan peluang pekerjaan tambahan bagi mereka. Baru sekitar tahun 1991, program penanaman kelapa sawit plasma mulai masuk dan menjadi andalan perekonomian masyarakat hingga kini.