MAN 1 Musi Banyuasin Borong Juara Lomba Senjang di Pekan Bakat UNSRI 2025

Perwakilan MAN 1 Muba di Pekan Bakat--
KORANHARIANMUBA.COM- Suasana Museum Penghulu Muhammad Saleh, Sekayu, pada Sabtu 14 Juni 2025 terasa lebih hidup dari biasanya.
Di antara dinding yang menyimpan jejak sejarah Musi Banyuasin, suara senjang — pantun tradisional khas daerah ini — kembali menggema dalam lomba yang digelar mahasiswa Universitas Sriwijaya (UNSRI) dalam rangka Pekan Bakat 2025.
Dalam ajang yang bertujuan melestarikan budaya lokal itu, MAN 1 Musi Banyuasin tampil mencuri perhatian.
BACA JUGA:Respon Cepat BPBD Muba Tangani Pohon Rawan Tumbang, Bupati Apresiasi Kesigapan Tim Gabungan
BACA JUGA:Bupati Muba Berikan Apresiasi Kearsipan dan Digitalisasi Tahun 2025
Mengusung nama Sanggar Khanza, MAN 1 Muba mengirim empat tim terbaiknya yang terdiri dari siswa-siswi pilihan: Tyas dan Wisnu di tim 1, Syafa dan Farliansyah di tim 2, Puput dan Damar di tim 3, serta Bunga dan Yoshio di tim 4.
Mereka datang bukan sekadar untuk tampil, tapi benar-benar menampilkan esensi senjang yang sarat makna, penuh kreativitas, dan tetap menghormati pakem budaya.
Kehadiran mereka tidak hanya mengisi panggung seni, tapi juga memborong prestasi. Tim 1 berhasil keluar sebagai juara pertama dengan skor 535, disusul tim 3 di posisi kedua dengan skor 534, dan tim 4 di peringkat ketiga dengan skor 533.
Dominasi MAN 1 Muba di tiga besar lomba senjang ini seolah menjadi bukti bahwa pelestarian budaya bukan hanya tugas orang tua, tapi juga generasi muda yang paham nilai warisan daerahnya.
Dia Tri Saktawati, pembina Sanggar Khanza yang turut mendampingi para siswa, tak bisa menyembunyikan kebanggaannya.
Ia melihat lomba ini sebagai sarana penting untuk mewariskan nilai-nilai budaya kepada generasi muda, terlebih di tengah arus globalisasi dan teknologi yang kadang menjauhkan anak-anak dari akar budaya mereka.
“Lomba senjang seperti ini sangat positif, bukan hanya sebagai ajang kompetisi, tapi juga bentuk nyata upaya melestarikan seni tradisi. Saya sangat mengapresiasi mahasiswa UNSRI yang mau turun tangan menjaga budaya daerah lewat kegiatan ini,” ujarnya penuh haru.
Lebih dari sekadar lomba, pengalaman ini menjadi pelajaran berharga bagi para peserta. Mereka tak hanya belajar bersaing, tetapi juga memahami betapa pentingnya menjaga jati diri budaya. Dari bait-bait senjang yang mereka ucapkan, tersirat semangat menjaga warisan leluhur agar tak pudar dimakan zaman.(*)