Petani Petai Ketimban Rezeki di Saat Minggu Terakhir Ramadhan 1445 H, Laris Manis Dibeli Warga
PETAI, Pedagang Petai Laris Manis Dibeli Warga (Foto Reno).--
SANGA DESA, HARIANMUBA.BACAKORAN.CO – Petai atau Pete, sayuran yang kerap lazim dibuat lalapan dan memiliki bau yang khas ini, di Sanga Desa kini sedang memasuki musim panen.
Meski dipasaran saat ini stok Petai cukup banyak namun harganya masih tergolong sukup mahal, tetapi hal ini tidak menyurutkan warga untuk tetap membeli Petai.
Hal ini seperti terlihat di pasar Kalangan Ngulak Selasa 2 April 2024, dimana pedagang Petai laris diserbu pembeli.
Edi (39) salah seorang pedagang Petai, warga desa Kemang kecamatan Sanga Desa mengatakan saat ini harga Petai berkisar antara Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu per ikatnya.
BACA JUGA:Usai Meraih Medali Emas di Olimpiade, Perenang Singapure Ini Memutuskan Pensiun
BACA JUGA:Ada 3 Menguntungkan Jika Timnas Indonesia Menang Atas Irak di Grup F
“Kalau harga sendiri saat ini yakni Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu per ikatnya. Tergantung dari besar dan kecilnya ukuran ikatan yang dijual, kalau saya jualnya Rp 15 ribu 1 ikat kalau 2 ikat saya kasih diskon jadi Rp 28 ribu,” ungkapnya.
Menurutnya harga tersebut masih tergolong cukup mahal, hal ini dikarenakan stok Petai yang ada di pasaran saat ini sebagian besarnya masih berasal dari luar kecamatan Sanga Desa.
“Normalnya harga per ikat itu Rp 10 ribu, harganya agak mahal seperti ini karena Petai yang dijual oleh pedagang yang lain itu banyak diambil dari kecamtan lain misalnya Plakat Tinggi, Babat Toman, dan Sekayu. Untuk yang berasal dari Sanga Desa sekarang sudah tergolong sedikit karena Pohon Petai sudah banyak yang ditebang terkena imbas pembukaan lahan perkebunan sawit. Yang saya jual ini saya ambil dari daerah Talang desa Kemang,” jelasnya.
Dari hasil berjualan Petai ini biasanya Edi dapat memperoleh penghasilan kotor hingga Rp 500 ribu.
BACA JUGA:Jelang Hari Raya Idul Fitri, Pemkab - Kejari Muba Sinergi Gelar Operasi Pasar Murah
“Selain di kalangan ini, saya biasanya jualan pakai motor ‘Ngeyot’ (keliling, red) dari dusun ke dusun. Pendapatan sendiri tidak tentu, kadang kalau Petai lagi banyak dan habis semua itu bisa tembus Rp 500 ribu kotornya,” ujarnya.
Sementara itu, Sumini warga desa Ngunang salah seorang pembeli di lapak dagangan Edi mengaku sangat hobi dengan sayuran yang satu ini.