Dua Metode Penentuan Awal Puasa Ramadhan, Rukyatul Hilal dan Hisab

Selasa 25 Feb 2025 - 20:48 WIB
Reporter : Reno
Editor : Yudistira
Dua Metode Penentuan Awal Puasa Ramadhan, Rukyatul Hilal dan Hisab

KORANHARIANMUBA.COM - Setiap tahun, umat Islam di seluruh dunia menantikan datangnya bulan suci Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan ampunan. Salah satu hal yang menjadi perhatian utama adalah penentuan awal puasa Ramadhan. 

Penentuan ini penting karena menjadi patokan kapan umat Islam mulai menjalankan ibadah puasa. Dalam Islam, terdapat dua metode utama yang digunakan untuk menentukan awal Ramadhan, yaitu Rukyatul Hilal (melihat hilal) dan Hisab (perhitungan astronomi). 

Kedua metode ini memiliki dasar hukum dan cara pelaksanaan yang berbeda, serta sering menjadi bahan diskusi di kalangan ulama dan masyarakat.

1. Rukyatul Hilal (Melihat Hilal)

BACA JUGA:Wakil Bupati Musi Rawas Pimpin Apel Perdana, Serahkan Santunan dan Penghargaan untuk ASN

BACA JUGA:Bendahara Desa Petanang Jadi Tersangka Baru, Dugaan Korupsi APBDes Capai Rp1,2 Miliar

Rukyatul Hilal adalah metode penentuan awal bulan Hijriyah, termasuk Ramadhan, dengan cara melihat hilal (bulan sabit) secara langsung di ufuk barat setelah matahari terbenam. Metode ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW:

“Berpuasalah kalian karena melihat hilal, dan berbukalah (berhari raya) karena melihat hilal. Jika hilal tertutup awan, maka genapkanlah bilangan bulan Sya’ban menjadi 30 hari.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rukyatul Hilal dilakukan pada tanggal 29 Sya’ban, menjelang maghrib. Jika hilal terlihat, maka esok harinya ditetapkan sebagai awal Ramadhan. Jika tidak terlihat, bulan Sya’ban digenapkan menjadi 30 hari.

Hilal harus memenuhi kriteria tertentu, seperti ketinggian minimal di atas ufuk dan usia bulan yang cukup (biasanya lebih dari 8 jam setelah konjungsi/ijtimak).

Rukyat biasanya dilakukan oleh ahli astronomi atau tim yang ditunjuk oleh otoritas keagamaan, seperti Kementerian Agama di Indonesia.

Kelebihan Rukyatul Hilal:

Metode ini sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW. Lebih mudah dipahami oleh masyarakat awam karena bersifat visual.

Kekurangan Rukyatul Hilal:

Tergantung pada kondisi cuaca. Jika langit berawan atau tertutup polusi, hilal sulit terlihat. Memerlukan alat bantu seperti teleskop dan lokasi yang strategis untuk pengamatan.

Kategori :