HARIANMUBA.BACAKORAN.CO - Tempoyak merupakan buah durian yang difermentasi, melibatkan bakteri asam laktat.
Tempoyak digunakan sebagai bumbu masakan di beberapa daerah Indonesia, terutama masyarakat Melayu.
Sebut saja di Kecamatan Sanga Desa, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.
Selain dibuat tempoyak, buah durian bisa dibuat dijadikan produk olahan lainnya seperti selai, dodol, maupun lempok.
BACA JUGA:Pemdes Keban 1 bersama Masyarakat dan Perusahaan Perbaiki Jalan Rusak
BACA JUGA:Cemburu Buta, Pria Beristri Ini Habisi Nyawa Anak Buahnya Sendiri
Durian dijuluki sebagai rajanya buah [king of fruit]. Sebutan durian diduga berasal dari istilah Melayu, yaitu dari kata duri yang diberi akhiran -an, sehingga menjadi durian. Kata ini dipergunakan untuk menyebut buah yang kulitnya berduri tajam.
Minat masyarakat kecamatan Sanga Desa terhadap salahsatu produk olahan buah Durian yaitu Tempoyak, ternyata masih sangat tinggi. Hal ini terbukti dari laris manisnya olahan daging buah durian ini di pasaran saat ini.
Pantauan wartawan koran ini di Pasar Kalangan Terusan, Sabtu 10 Februari 2024 rata-rata lapak pedagang tempoyak ramai diserbu oleh para pembeli yang mayoritasnya kalangan ibu-ibu.
Bahkan salahsatu pedagang tempoyak mengaku dalam sehari ia bisa menghabiskan kurang lebih 70 Kg tempoyak. Salahsatunya yaitu Yanto (38) pedagang tempoyak asal Provinsi Bengkulu.
BACA JUGA:Kepala Puskemas Dilaporkan ke Inspektorat, Begini Tanggapan Pj Wali Kota Palembang
“Alhamdulillah hari ini laris manis, dari 70 Kg tempoyak yang saya bawa hampir seluruhnya ludes dibeli oleh pembeli.” ungkap Yanto.
Ia menuturkan bahwa, tempoyak yang ia jual tersebut ia datangkan dari daerah Manak Provinsi Bengkulu.
“Kalau tempoyak ini asalnya dari Manak provinsi Bengkulu. Saat ini disana memang sedang musim panen Durian sehingga stok tempoyak disana cukup melimpah. Untuk harga sendiri ada dua macam. Pertama yang baru dikikis ini Rp 60 ribu perkilogram, dan yang satu lagi Rp 40 ribu sekilo. Namun untuk kualitas sama saja, dijamin keduanya asli tidak ada campuran.” ujar pria yang sudah 6 tahun menggeluti usaha jual beli tempoyak ini.
Dirinyapun mengaku bisa meraup omset hingga Rp 5 Juta dalam satu kali berjualan di pasar kalangan Ngulak.