Wajik: Tak Hanya Manis, Tapi Juga Kaya Akan Sejarah dan Budaya

Wajik, kudapan manis legendaris dari Indonesia, tak hanya memanjakan lidah dengan kelembutan dan manisnya. (Foto: dok/ist)--

HARIANMUBA.BACAKORAN.CO - Wajik, kudapan manis legendaris dari Indonesia, tak hanya memanjakan lidah dengan kelembutan dan manisnya, tetapi juga menyimpan kekayaan budaya yang begitu beragam. Terbuat dari beras ketan yang diolah dengan santan dan gula, wajik hadir dalam berbagai rupa dan nama di seluruh Nusantara, menjadikannya cerminan kekayaan kuliner tanah air.

Nama "wajik" sendiri paling populer di Pulau Jawa, namun di berbagai daerah lain, kudapan ini memiliki sebutan yang unik dan menarik. Di Sumatera, misalnya, wajik lebih dikenal sebagai pulut manis. Perbedaan nama ini tak hanya menunjukkan kekayaan bahasa daerah, tetapi juga mencerminkan sedikit perbedaan dalam proses pembuatan atau bahan tambahan yang digunakan.

Selain pulut manis, di beberapa daerah di Sulawesi, wajik memiliki sebutan seperti bajek (Bugis),wajek (Makassar), atau gollla kambu (Mandar). Masing-masing memiliki karakteristik unik, baik dari segi rasa, tekstur, maupun bentuk. 

Bentuk wajik pun sangat beragam. Ada yang dibentuk bulat, lonjong, atau dicetak dengan motif tertentu. Di beberapa daerah, wajik juga dibuat dalam ukuran yang lebih besar dan dipotong-potong sebelum disajikan.

BACA JUGA:Kenapa Harus ke Bandung? 7 Alasan yang Membuat Kota Ini Istimewa

BACA JUGA:5 Oleh-oleh Khas Bandung yang Wajib Dibawa Pulang

Bahan utama wajik adalah beras ketan. Beras ketan yang berkualitas akan menghasilkan wajik yang pulen dan lembut. Selain beras ketan, santan kental dari kelapa parut segar juga menjadi bahan penting. Santan memberikan rasa gurih dan aroma khas pada wajik.

Rasa wajik sangat dipengaruhi oleh jenis gula yang digunakan. Gula merah akan memberikan warna coklat alami dan rasa karamel yang lebih banyak. Sedangkan gula pasir akan menghasilkan warna putih atau kuning muda dan rasa lebih manis.

Selain itu, berbagai bahan tambahan juga dapat digunakan untuk memberikan variasi rasa pada wajik. Misalnya, daun pandan dapat memberikan aroma harum.

Wajik bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga memiliki nilai budaya yang tinggi. Di beberapa daerah, wajik menjadi bagian dari upacara adat atau ritual keagamaan. Misalnya, di Jawa, wajik sering dijadikan sebagai sesaji atau hantaran dalam upacara pernikahan.

BACA JUGA:Alahan Panjang: Surga Tersembunyi di Lereng Bukit Barisan yang Memukau

BACA JUGA:5 Alasan Kenapa Kamu Harus Kunjungi Palembang Sekarang Juga

Selain itu, wajik juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Wajik sering dijadikan sebagai camilan, oleh-oleh, atau hidangan pada acara-acara khusus.

Di era modern ini, wajik mengalami inovasi yang menarik. Selain rasa tradisional, kini banyak muncul varian wajik dengan rasa yang lebih modern dan kekinian, seperti wajik cokelat, wajik keju, atau wajik matcha.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan