4. Kurangnya Intimasi
Intimasi, baik fisik maupun emosional, merupakan komponen penting dalam pernikahan. Ketika hubungan suami istri kekurangan intimasi, baik dalam bentuk perhatian, kehangatan, maupun kedekatan fisik, pasangan akan merasa terasing satu sama lain. Ketidakpuasan dalam hal ini dapat menciptakan jarak emosional yang semakin lebar.
Kurangnya intimasi sering kali dipicu oleh stres, kelelahan, atau masalah pribadi lainnya yang belum terselesaikan. Jika tidak diatasi, kondisi ini bisa menjadi salah satu alasan utama mengapa pasangan memilih untuk bercerai.
5. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
Kekerasan dalam rumah tangga, baik dalam bentuk fisik, verbal, maupun emosional, merupakan salah satu alasan kuat bagi seseorang untuk mengajukan perceraian. Kekerasan ini tidak hanya berdampak pada korban secara langsung, tetapi juga bisa merusak kesejahteraan psikologis anak-anak yang menyaksikan konflik tersebut.
KDRT sering kali menjadi alasan perceraian karena tidak ada ruang untuk kompromi dalam situasi ini. Pasangan yang menjadi korban umumnya merasa tidak aman dan terancam, sehingga memilih untuk mengakhiri pernikahan demi keselamatan diri dan anak-anak mereka.
6. Masalah Kesehatan Mental
BACA JUGA:8 Kunci Menguatkan Iman dan Taqwa, Yuk Amalkan!
BACA JUGA:5 Ayat Al-Qur'an yang Ungkap Rahasia Kehidupan Setelah Kematian
Kesehatan mental yang terganggu juga bisa menjadi salah satu faktor penyebab perceraian. Gangguan seperti depresi, kecemasan, atau bipolar, jika tidak ditangani dengan baik, dapat mempengaruhi dinamika hubungan suami istri. Pasangan yang mengalami gangguan mental mungkin kesulitan dalam menjalani peran mereka dalam pernikahan, sehingga menciptakan beban tambahan bagi pasangan yang sehat.
Selain itu, pasangan yang sehat mental sering kali merasa tidak mampu menangani perubahan perilaku yang disebabkan oleh gangguan kesehatan mental. Jika tidak ada dukungan atau pengertian yang cukup, konflik akibat kondisi ini bisa berujung pada perceraian.
7. Kurangnya Dukungan Sosial
Kurangnya dukungan sosial dari keluarga besar atau teman-teman juga bisa memicu perceraian. Pasangan yang merasa terisolasi dan tidak mendapatkan dukungan emosional dari lingkungannya cenderung lebih rentan terhadap konflik internal. Dukungan sosial yang kuat dapat membantu pasangan menghadapi masalah dan tantangan pernikahan dengan lebih baik.
Sebaliknya, jika pasangan merasa sendiri dalam menghadapi masalah pernikahan, rasa frustasi dan putus asa akan semakin besar, sehingga mereka lebih mudah memutuskan untuk bercerai.
Meskipun perselingkuhan sering kali menjadi sorotan utama dalam perceraian, kenyataannya ada banyak faktor lain yang juga bisa memicu retaknya pernikahan. Komunikasi yang buruk, masalah keuangan, perbedaan nilai, kurangnya intimasi, kekerasan dalam rumah tangga, gangguan kesehatan mental, serta kurangnya dukungan sosial, semuanya dapat berkontribusi terhadap keputusan untuk mengakhiri hubungan.
Untuk mencegah perceraian, penting bagi pasangan untuk terus berkomunikasi secara terbuka, bekerja sama dalam menyelesaikan masalah, dan saling mendukung dalam situasi sulit. Dengan demikian, hubungan pernikahan dapat tetap harmonis dan bertahan dalam jangka panjang.(*)