Pelaku Pembunuhan Kontraktor di Lubuk Linggau Bantah Ada Dalang, Mengaku Bertindak karena Sakit Hati

Tersangka utama pembunuhan Kontraktor di Lubuklinggau--

KORANHARIANMUBA.COM– Makmur, tersangka utama kasus pembunuhan kontraktor bernama Hamsi di Kota Lubuk Linggau, membantah jika aksinya dilakukan atas perintah pihak lain. Dalam pemeriksaan di Mapolres Lubuk Linggau pada Selasa, 22 April 2025, ia mengaku melakukan perbuatannya karena dilatarbelakangi rasa sakit hati.

“Gak ada (perintah dari orang lain). Saya lakukan itu karena keluarga saya dikeroyok,” ujar Makmur di hadapan penyidik.

Makmur menceritakan, awal mula kejadian bermula ketika ia mendapat telepon dari adiknya di dusun yang memberitahukan bahwa pamannya, Amir, telah menjadi korban pengeroyokan. Mendengar kabar tersebut, ia mengaku langsung bergegas menuju lokasi pembangunan Kantor Kemenag Muratara dengan membawa sebilah pisau yang diselipkan di pinggang.

BACA JUGA:Kangkung: Sayuran Hijau Kaya Nutrisi dengan Segudang Manfaat Kesehatan

BACA JUGA:Liverpool di Ambang Juara Liga Inggris, Kepastian Bisa Datang Lebih Cepat

Namun, saat tiba di lokasi, ia tidak menemukan siapa pun yang terlibat. Ia kemudian mengetahui bahwa pamannya telah dilarikan ke rumah sakit karena tekanan darahnya menurun akibat insiden tersebut. Ia pun pulang ke rumah pamannya di kawasan Kenanga 2, Lubuk Linggau.

Selama empat hari berada di sana, Makmur mengaku pikirannya terus dipenuhi oleh kejadian tersebut hingga akhirnya memutuskan untuk memberikan "peringatan" kepada Hamsi.

Pada hari keempat, sekitar pukul 17.30 WIB, Makmur melihat korban keluar rumah bersama anaknya. Ia menghentikan Hamsi di jembatan dekat rumah korban dan sempat menegurnya, sebelum akhirnya melancarkan aksinya. Dalam pengakuannya, Makmur menyebut turut dibantu oleh kakaknya. Mereka menggunakan sepeda motor milik sepupu mereka, anak dari Amir.

“Setelah kami pisah di terminal, saya tidak tahu lagi keberadaan kakak saya,” kata Makmur.

Selama pelarian, Makmur mengaku sempat ikut adik angkatnya yang memiliki usaha peternakan ayam. Dari sanalah ia mendapat penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari selama dalam pelarian.

Sebelum menjadi buronan, Makmur mengaku memiliki uang Rp 5 juta hasil pinjaman dari temannya, yang rencananya akan digunakan untuk merantau ke Malaysia. Namun karena paspor belum terbit, uang tersebut akhirnya digunakan untuk kabur ke Banyumas, Purwokerto, dengan naik bus.

Kasus ini masih dalam pengembangan pihak kepolisian guna mengungkap kemungkinan keterlibatan pihak lain.(*)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan