Inspirasi Al-Fatihah untuk Bekal Berhaji ke Baitullah
Berdoa. (Foto: Sumber Istockphoto.com)--
Rasulullah bersabda: الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
Artinya, “Tidak ada balasan (yang layak) bagi jamaah haji mabrur selain surga.” (HR Al-Bukhari).
Ayat kedua adalah: اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
Artinya, "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."
Ayat ini mengingatkan agar setiap orang yang akan berhaji memperkuat syukur atas anugerah bisa pergi ke Tanah Suci. Banyak umat Islam yang tidak bisa dan mengimpi-impikan bisa pergi ke baitullah untuk beribadah di Masjidil Haram dan ziarah ke makam Nabi di Masjid Nabawi. Namun apalah daya, Allah belum mengizinkannya. Syukur menjadi bagian yang bisa berhaji bisa diwujudkan dalam bentuk senantiasa menjaga kesehatan dengan baik. Kesehatan merupakan syarat istitha'ah (mampu) dalam berhaji berdasarkan fakta bahwa ibadah haji adalah ibadah fisik. Ibadah yang rukun dan wajib hajinya memerlukan fisik yang prima.
Ayat ketiga adalah: الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ Artinya, “Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
Ayat ini mengingatkan bahwa kita bisa berangkat ke Tanah Suci merupakan wujud nyata sifat rahman dan rahim Allah swt. Banyak orang yang bergelimang harta namun tidak terpanggil untuk berhaji. Sebaliknya, banyak orang yang tidak terlintas sedikitpun bisa berhaji, namun karena kasih sayang Allah ia bisa berangkat haji. Sifat kasih sayang ini juga yang harus terus dipegang kuat dalam diri jamaah saat berhaji dengan senantiasa saling membantu jamaah lain dan bersikap lemah lembut dengan tidak berbuat rafaṡ, berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji.
Ayat keempat adalah: مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ Artinya, “Pemilik hari Pembalasan.”
Ayat ini mengingatkan kita bahwa berhaji merupakan miniatur dari janji Allah yang akan mengumpulkan manusia di Padang Mahsyar saat hari kiamat atau hari pembalasan esok. Kita diingatkan dengan ritual wukuf di padang Arafah yang merupakan puncak dari ibadah haji di mana jutaan jamaah dari berbagai penjuru dunia berkumpul di satu titik. Di situ jamaah hanya mengenakan dua helai pakaian umrah berwarna putih sembari berdoa:
اللَّهُمَّ لَك صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي، وَإِلَيْك مَآبِي وَلَك تُرَاثِي اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِك مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَوَسْوَسَةِ الصَّدْرِ وَشَتَاتِ الْأَمْرِ اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِك مِنْ شَرِّ مَا تَجِيءُ بِهِ الرِّيحُ
Artinya, “Ya Allah, shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk-Mu. Hanya kepada-Mu tempat pulangku. Hanya milik-Mu peninggalanku. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, kebimbangan dalam hati, dan berantakannya urusan. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang dibawa oleh angin.”
Ayat kelima adalah: اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ
Artinya, “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”.
Ayat ini menyadarkan kepada siapapun yang berhaji untuk benar-benar pasrah dan hanya Allah lah Dzat yang bisa menolong dan disembah. Kepergian kita jauh ke Tanah Suci mestilah harus berpisah dengan sanak keluarga, sahabat, dan orang-orang yang kita kenal. Sehingga kita perlu menyadari bahwa pertolongan Allah yang kita harapkan agar kita selamat dari berangkat sampai pulang kembali ke Tanah Air. Ayat ini menjadi pengingat juga bahwa sekuat dan sehebat apapun manusia, semuanya lemah di hadapan Allah. Ia lah yang harus disembah dan segala urusan dunia dan akhirat, Allah lah yang berhak mengaturnya.