Gimana Nih? Hampir Menjelang Idul Adha Harga Karet di Sanga Desa Belum Membaik

Petani Karet di Sanga Desa (Foto Reno).--

HARIANMUBA.BACAKORAN.CO - Meskipun sudah hampir menjelang Hari Raya Idul Adha 1445 Hijriyah,  rupanya belum ada tanda-tanda akan kenaikan harga komoditas karet.

Dari pantauan watawan koran ini pada beberapa pengepul di Kecamatan Sanga Desa Jumat 14 Juni 2024 saat ini harga karet masih bertahan di angka Rp 6.500 per kilogram. 

Harga ini diketahui sudah bertahan sejak akhir Maret 2024 lalu.

“Masih harga yang lama itulah yakni Rp 6.500 per kilogramnya. Harga ini masih belum berubah karena di pabrik sendiri belum ada perubahan harga, di pabrik untuk harga Kali Kadar karet sekarang masih diangka Rp 9.300 per kilogram,” ungkap Mus salah satu pengepul karet di Kecamatan Sanga Desa.

BACA JUGA:Tidak Terima Ditunjukan Rekaman CCTV Pencurian, Pelaku Tonjok Pemilik Toko Manisan

BACA JUGA:Harapkan Pengangkatan PPPK Tuntas Sebelum November 2024

Menurutnya harga tersebut juga hampir merata di pabrik-pabrik pengolahan karet yang ada di wilayah sumatera selatan ini.

“Saya sering menjual karet-karet hasil dari kecamatan Sanga Desa ini ke pabrik pengolahan karet di Palembang dan harga Rp 9.300 itulah yang tertinggi. Kalau ada perubahan harga kita juga akan melakukan perubahan untuk harga beli dengan petani,” ujarnya.

Salah satu petani karet di Kelurahan Ngulak 1 Kecamatan Sanga Desa Ependi (41) saat dibincangi mengatakan.

“Dari bulan ke bulan harga karet segitu-segitu saja. Lebih sering turun daripada naiknya. Padahal katanya kalau mau harga mahal getah harus bersih dan bagus. Namun kami sudah berusaha meningkatkan kualitas getah karet yang kami peroleh sebersih mungkin, tetap saja harga karet masih tetap segitu saja,” ujarnya.

BACA JUGA:Roti: Lebih Dari Sekadar Pengganjal Perut, Kaya Manfaat untuk Kesehatan!

BACA JUGA:Perdana Tampil di Podcast Gema Randik, Istri Pj Bupati Muba Sandi Fahlepi Berikan Tips Berumah Tangga

Ia pun berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan kesejahteraan para Petani karet dengan meningkatkan harga beli karet di tingkat petani.

“Bagaimana kami mau sejahtera kalau pendapatan saja hanya berkisar Rp 200 ribu seminggu, hanya cukup buat makan saja. Wajar saja jika banyak dari petani yang beralih menjadi petani Kelapa Sawit dari pada petani karet lagi. Harapannya pemerintah bisa memperhatikan kesejahteraan kami masyarakat kecil ini,” harapnya. (*) 

Tag
Share