Ini Penyebab Angka Pengangguran Masih Tinggi, Dosen UBD: Dipengaruhi Banyak Faktor
Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi UBD Palembang, Dr Desy Misnawati SSOS MIKOM (Foto Ist).--
HARIANMUBA.BACAKORAN.CO - Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Bina Darma (UBD) Palembang, Dr Desy Misnawati SSos MIKom menilai, penyebab banyaknya pengangguran disebabkan banyak faktor.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa hampir 10 juta penduduk Indonesia generasi Z (gen z) berusia 15-24 tahun menganggur tanpa kegiatan.
Dr Desy Misnawati, SSos MIKom, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Bina Darma Palembang mengatakan, kondisi tersebut harus dilihat dari beberapa factor.
Faktor utamanya adalah karena gen z terdampak dari Covid-19, selain ada faktor lain seperti faktor geografi, pendidikan, ekonomi dan juga kebijakan tenaga kerja.
BACA JUGA:PLN Terus Bergerak Lakukan Pemulihan Sistem Kelistrikan Sumbagsel
BACA JUGA:Tampil di Program TV Nasional, Ini yang Disampaikan
"Mungkin kita juga bisa melihat dari beberapa aspek. Kenapa sih mereka dikatakan pengangguran. Tapi kita harus lihat dulu juga apakah mereka yang nganggur Gen z ini berada di perkotaan atau di perdesaan," katanya.
Menurutnya, jika dibandingkan dengan penduduk desa kontribusi dari tingginya pengangguran ini mungkin bisa dilihat dari prasyarat kerja yang ketat, pengalaman kerja, kemudian batasan usia," bebernya.
Selain itu, pendidikan yang tinggi karena sekarang dalam sektor formal itu kan semuanya kalau tidak salah itu akan beralih ke pekerjaan informal semua.
Sehingga, ada beberapa hal perlindungan yang kurang memadai karena lulusan -lulusan tersebut, sulit, lulusan baru itu, notabne akan sulit mendapatkan pekerjaan di sektor yang formal.
BACA JUGA:Pj Ketua TP PKK Triana Sandi Kunjungi Ketua Tim penggerak PKK Kelurahan Balai Agung
BACA JUGA:Listrik 2,5 Juta Pelanggan Sudah Berhasil Menyala, PLN Terus Melakukan Upaya Penormalan
Mungkin karena kaitannya kita kemarin itu adanya COVID itu ya. Jadi kan banyak yang ditahun 2020 kemarin yang Gen z itu yang atau yang dikenal dengan mahasiswa COVID itu ya.
"Mungkin ini yang membuat menjadi kita harus mampu memfokuskan untuk memastikan bagaimana bonus demografi Indonesia yang katanya di 2045 itu menjadi Indonesia emas,” ujarnya.