"Saat ini ayam saya sudah diumur 35 hari, ya sudah saatnya panen. Inilah sebenarnya masa-masa genting bagi kami pengusaha ternak ayam," lanjutnya lagi.
Hipni menyampaikan, bahwa ayam-ayam yang ada di kandangnya sudah memasuki masa panen sejak di umur 31 hari lalu.
Kandangnya membutuhkan waktu lebih kurang satu minggu, untuk melakukan panen ayam setelah itu dipasarkan ke perusahaan-perusahaan pengolahan daging ayam.
"Sehari itu, kandang kami melakukan panen sekitar 3.000 hingga 4.000 ekor ayam. Jadi, belum sempat habis ayam kita dipanen, harus mengalami kematian gara-gara mati lampu," jelasnya.
Total sekali panen, Hipni bisa memanen lebih kurang 70 ton lebih ayam. Dan untuk pemasarannya, Hipni bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan.
Atas kejadian ini, Hipni mengaku, akan menyiagakan kandangnya, jangan sampai kejadian serupa terulang kembali.
"Tentunya kita harus menyiasati hal-hal yang bisa saja kembali terjadi ke depannya," pungkasnya.
Sementara itu, Muslim, salah seorang pengusaha ternak ayam di Kecamatan Muara Kuang Kabupaten Ogan Ilir, juga mengeluhkan padamnya listrik yang terjadi selama dua hari.
Menurut Muslim, meskipun tidak ada ayamnya yang mati, namun sejumlah peralatan di kandang ayamnya mengalami kerusakan.
"Alhamdulillah kebetulan baru sudah panen, tapi banyak peralatan yang rusak," ucapnya.
Peralatan seperti blower, mengalami kerusakan sebanyak lima unit. Diungkapkan Muslim, kelima blowernya yang rusak tersebut gara-gara terbakar.
"Kemudian 12 unit NSB juga rusak. Serta puluhan bola lampu listrik juga rusak, tidak bisa terpakai lagi," pungkasnya. (*)