Seperti diakui salah satu petani di Bukit Napuh, Kelurahan Bukit Sari, Kecamatan Martapura, Aminudin (56). "Yang jadi masalah ini pupuk sering susah didapat. Kami petani khawatir itu," kata Aminudin, Rabu 29 November 2023.
Diakuinya, masalah pupuk terjadi setiap musim tanam. Dia yang tergabung dalam kelompok tani merasakan kelangkaan pupuk setiap tahun.
Aminudin menjelaskan, kelompok tani mengajukan jumlah kebutuhan pupuk ke kelompok tani. Misalnya punya lahan sawah 1 hakter berarti kebutuhannya yakni 8 karung atau 4 kwintal pupuk.
Pupuk tersebut berupa Urea dan Phonska. Aminudin mengatkan, pupuk subsidi biasanya tersedia di bulan Januari untuk masa tanam pertama, kemudian sekitar bulan Juni pada masa tanam kedua.
"Nah saat diajukan, jumlah didapat tidak sesuai yang diajukan. Sehinga pupuk masih kurang," jelasnya.
Jika pupuk kurang, maka dia sebagai petani kebingungan mencari pupuk. Sebab jika beralih ke pupuk non subsidi maka biaya akan membengkak.
"Jadi harga pupuk subsidi itu Rp 150 per karung isi 50 kg. Sementara harga pupuk non subsidi mencapai Rp 300 ribu per karung," jelasnya.
Menurutnya, dalam merawat padi sawah bukan sekedar pupuk saja yang dibutuhkan, tapi ada juga yang lain seperti racun hama, racun rumput, pembasmi keoang dam sebagainya. Semua itu butuh biaya.
"Misalnya hama Walang Sangit, itu kita belim merk tertentu harga Rp 25 ribu per sacet. Tapi kalau tidak mempan kita beli lagi merk lain," katanya.
Belum lagi harus membeli racun pembasmi rumput. Jika semua itu tidak bisa dipenuhi resikonya adalah hasil panen kurang. "Kalau hasil panen tidak memuaskan tentu merugi," katanya.
Aminudin berharapan pemerintah menjamin kesedian pupuk subsidi bagi petani kecil. "Iya harapan kami pupuk jangan langka lagi,"pungkasnya.(nis)